GARUT(SI) – Sudah hampir 14 hari sebanyak 30 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tiga kampung Desa Cinisti,Kecamatan Bayongbong,Kabupaten Garut,mengalami krisis air bersih.
Ketiga kampung yang dilanda krisis air itu adalah Kampung Cinisti, Babakan Caringin,dan Kampung Gunung Bodas. Kondisi itu terjadi akibat penutupan pipa sumber mata air oleh pihak pengembang proyek perumahan Asri Bayongbong, PT Girimanik milik Yogi Yudiwibawa.
Saat ini,warga yang ingin mendapatkan air bersih untuk keperluan mandi dan minum terpaksa harus membeli air galon. ”Sudah hampir dua pekan kami serta anak-anak mandi dan minum menggunakan air galon. Setiap hari kami menghabiskan delapan galon seharga Rp3.000 per galon,” ujar tokoh masyarakat Babakan Caringin,Yayat RS, kepada Seputar Indonesiakemarin.
Menurut Yayat, krisis air bersih ini diprediksi akan terus meluas, meskipun saat ini musim turun hujan. Hal ini disebabkan sumber utama mata air yang dibangun hasil swadaya masyarakat sebesar Rp8 juta diuruk dan diratakan tanah perumahan. Dengan demikian,air yang biasa mengalir deras setiap hari praktis berhenti.
”Bukannya tidak setuju dengan pembangunan perumahan, tapi warga minta pihak pengembang memberikan solusi agar sumber mata air dapat mengalir kembali. Bahkan, sebelumnya kami pernah menyurati pihak pengembang untuk membuka akses air, tapi hingga kini belum ada tanggapan,”katanya.
Bahkan untuk mengantisipasi krisis air tersebut, warga sampai rela membuat sumur bor di beberapa titik lokasi yang tidak jauh dari proyek perumahan. Tetapi, upaya pembuatan tersebut belum membuahkan hasil. Camat Bayongbong Yayat didampingi Kasi Trantib Dedi Mulyanto menjelaskan, pihaknya telah melakukan pemantauan ke lokasi lapangan dan melakukan upaya dengan pihak pengembang untuk mengambil langkah-langkah perbaikan secepatnya.
”Kami telah berupaya kepada pihak pengembang untuk secepatnya menyelesaikan masalah ini. Hasilnya, pihak pengembang akan memperhatikan sumber mata air tersebut,”ujarnya. Sementara itu,Direktur PT Girimanik Yogi Yudiwibawa menjelaskan, tanah yang akan dijadikan perumahan tersebut luasnya 2 ha dan sumber mata air tersebut kebetulan berada di tanah miliknya.
Bahkan, sumber mata air tersebut sudah ada sebelum proyek perumahan dibangun. ”Kalau memang warga menginginkan sumber mata air itu tetap ada, saya siap akan memberikannya. Silakan bangun dengan rapi, tapi dengan syarat sumber mata air tersebut jangan dikomersialkan kepada warga lain,”tuturnya. (dede ibin muhibbin)
Post Date : 12 Juni 2009
|