Tiga Kabupaten Terendam Banjir

Sumber:Media Indonesia - 30 November 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PALANGKARAYA (Media): Tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terendam banjir akibat aliran Sungai Arut dan Barito meluap setelah diguyur hujan dalam beberapa hari ini.

Tiga kabupaten itu, yakni Barito Utara, Murung Raya, dan Lamandau. Ketinggian air di daerah itu mencapai 1,5 meter. Banjir telah merendam ratusan permukiman penduduk selama tiga hari sejak Minggu (27/11).

Gajali Raman, 34, warga Desa Laung Tuhup, Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, mengatakan hujan yang terus-menerus selama empat hari ini menyebabkan daerah aliran Sungai (DAS) Barito meluap dan menggenangi tiga kecamatan seperti Laung Tuhup, Intan Permata, dan Sumber Barito.

"Di sini (Kecamatan Laung Tuhup) ketinggian air sudah mencapai 50 sentimeter (cm). Kemungkinan ketinggian air akan terus naik seiring tingginya curah hujan," paparnya.

Selain merendam rumah penduduk, juga merendam persawahan milik petani yang hampir panen. "Namun, saat ini belum ada warga yang mengungsi karena hampir sebagian besar rumah mereka bertingkat," paparnya.

Sedangkan ketinggian air di Kabupaten Barito Utara mencapai 30 cm dan menggenangi sejumlah jalan di sekitar bantaran sungai. Menurut Adi, 40, warga Jl Sumbawa, Kota Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, debit air kemungkinan akan terus naik dan diperkirakan akan merendam rumah penduduk. Banjir di wilayah ini menggenangi sekitar Jl Sangaji, Sumbawa, Timor, Perwira di Kampung Melayu, Kecamatan Teweh Tengah.

Di Kabupaten Lamandau, ketinggian air mencapai 100 cm dan mengakibatkan ratusan rumah di Kota Naga Bulik terendam air. Di wilayah ini banjir menggenangi Jl Kartawana, Jl Pantai Sungai, dan Jalan Batang Duwi. Kendati demikian, sekolah-sekolah di Kota Nagga Bulik tidak terkena banjir karena berada di dataran tinggi.

Menurut Bahrudin, warga Jl Kartawana, banjir di daerah ini sudah terjadi sejak Minggu (27/11). "Ini merupakan banjir terparah sejak tujuh tahun terakhir," ujarnya.

Secara terpisah Wakil Gubernur Kalteng Ahmad Diran meminta pemerintah kabupaten (pemkab) secepatnya menangani korban banjir. "Bila pemkab membutuhkan bantuan, pemerintah provinsi siap membantu."

Banjir yang juga menggenangi ruas Trans-Kalimantan di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, belum menyusut. Selain mengganggu distribusi barang, banjir tahunan juga mengganggu angkutan penumpang di Kalteng dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

Samsi, 45, Direktur PT Sumerta Sari Banjarmasin, perusahaan jasa angkutan penumpang dan titipan jurusan Kalteng, mengatakan akibat banjir waktu tempuh menjadi lebih lama dan penumpang sepi. "Biasanya waktu tempuh ke Palangkaraya hanya memerlukan waktu tiga sampai empat jam, kini perjalanan menjadi lambat hingga enam jam," paparnya.

Dua tewas

Sementara itu, ibu dan seorang anak tewas seketika akibat tertimpa tembok bangunan rumah yang runtuh terkena luapan air Sungai Cibeurani, Kecamatan Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), kemarin.

Jasad Inah, 40, dan anaknya, Rifki, 9, ditemukan petugas Kepolisian Sektor (Polsek) Coblong dibantu sejumlah warga beberapa saat setelah kejadian. Sedangkan dua anak korban lainnya, Salsa, 5, dan Aldino, 12, luka berat pada bagian kepala terkena tembok bangunan. Hingga kemarin, keduanya masih dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 13.30 WIB. Ketika itu, Inah dan Rifki berada di dapur untuk menyiapkan makan sore. Sedangkan Aldino dan Salsa bermain di kamar belakang. Namun, tiba-tiba tembok bangunan rumah roboh, dan langsung menimpa tubuh kedua korban. "Kedua korban tidak bisa menyematkan diri karena keburu tertimpa bangunan," ungkap Yudi, 29, salah seorang tetangga korban.

Salsa dan Aldino berhasil diselamatkan warga setempat yang kebetulan berada di depan rumah korban. Saat itu juga kedua korban dilarikan ke RSHS karena mengalami luka serius di bagian kepala dan laher. "Saat ditemukan Salsa dan Aldino dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat kepalanya terkena tembok bangunan," tutur Yudi.

Lurah Cibeurani Wahyu mengatakan runtuhnya tembok bangunan itu akibat meluapnya air Sungai Cibeurani yang berada di atas rumah korban. "Setiap musim hujan, rumah di empat RT (rukun tetangga) sering terkena luapan air Sungai Cibeurani. Karena tidak kuat menahan luapan air sungai, tembok bangunan rumah Triono ambrol," ujar Wahyu.

(SS/DY/SG/EM/N-2)

Post Date : 30 November 2005