Tiga Desa Alami Krisis Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 19 Oktober 2010
Kategori:Air Minum

BEKASI, (PR).- Ribuan keluarga di tiga desa di Kabupaten Bekasi mengalami krisis air bersih. Mereka terpaksa mengonsumsi air yang sebenarnya tidak layak untuk digunakan.

Ketiga desa tersebut, yakni Desa Pusakarakyat di Kecamatan Tarumajaya, Desa Muarabakti di Kec. Muaragembong, dan Desa Telagamurni di Kecamatan Cikarang Barat.

"Sejak tiga tahun lalu, kami masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Pasalnya, air sumur di wilayah kami tercemar hingga berbau dan mengandung zat berbahaya sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Jadi, untuk kebutuhan sehari-hari, kami terpaksa membeli air," ujar Kepala Desa Pusakarakyat, Irpan Dadi, saat ditemui, Senin (18/10).

Ia menjelaskan, keluhan krisis air bersih itu sudah disampaikan kepada Pemkab Bekasi sejak tiga tahun lalu. Namun, hingga kini tidak ada penyelesaian ataupun bantuan dari Pemkab Bekasi. "Ada lebih dari dua ribu keluarga di desa kami yang terpaksa menggunakan air ala kadarnya untuk mandi, cuci, kakus (MCK)," tuturnya.

Selain air sumur yang sudah tidak bisa diharapkan lagi, air Sungai Dao pun yang biasa menjadi andalan warga Pusakararkyat, kini sudah dangkal karena dipenuhi lumpur. Terlebih lagi, kali tersebut tidak pernah dikeruk kembali sejak 30 tahun yang lalu. "Terakhir itu tahun 1980-an dikeruk. Sekarang kondisinya sudah penuh lumpur," ujarnya.

Akibat selalu membeli air bersih untuk dikonsumsi, kata Irpan, biaya pengeluaran masyarakat meningkat. Untuk minum, warga terpaksa membeli air minum dalam kemasan. Bahkan, untuk mandi dan keperluan lainnya, juga harus membeli.

Sementara di Desa Muarabakti, Kecamatan Muaragembong, sekitar 2.583 keluarga juga mengalami krisis air bersih. Sejumlah warga terpaksa memanfaatkan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari meskipun air yang dikonsumsi terasa payau.

Pipa PDAM

Menurut Kepala Desa Muarabakti, Rikam, air sumur tidak layak dikonsumsi karena kalau dimasak, rasanya payau. Biasanya juga untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus. Itu pun, kata Rikam, jika digunakan untuk mandi, terkadang menimbulkan gatal-gatal pada kulit tubuh. "Air tanah di desa kami kan juga sudah terkontaminasi dari air laut yang tercemar," ucapnya.

Rikam menanyakan tentang masuknya jaringan pipa dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi yang hingga kini terbengkalai. Hingga kini, belum ada setetes pun air yang mengalir ke desa mereka. Jaringan yang dibangun melalui Kecamatan Babelan pun hanya mampu mengalir ke sebagian wilayah Babelan.

"Sebenarnya, PDAM sudah membuka jaringan pipanya di hampir setengah wilayah Desa Muarabakti. Namun, airnya tak pernah mengalir. Pipanya ada, tapi tidak pernah disalurkan airnya ke desa kami. Sangat disayangkan sudah dipasang pipa, tetapi tidak bisa dimanfaatkan," ujarnya.

Sementara di Desa Telagamurni, Kec. Cikarang Barat, sudah lebih dari tiga tahun di desa tersebut tidak mengeluarkan air bersih dari dalam tanah. Bahkan, mesin pompa yang digunakan warga tidak berfungsi meski sudah digali sampai 100 meter.

Saat ini, tutur Rikam, warga hanya bisa menggunakan air dari irigasi dari aliran Kalimalang yang diolah lagi dengan campuran tawas untuk kebutuhan sehari-hari.

Secara terpisah, Wakil Bupati Bekasi Darip Mulyana saat dikonfirmasi mengatakan, Pemkab Bekasi pada tahun 2011 berencana melebarkan distribusi air bersih milik PDAM hingga merambah ke wilayah utara Kabupaten Bekasi, termasuk Kec. Muaragembong dan Kec. Tarumajaya. (A-186)



Post Date : 19 Oktober 2010