Tidak Ada Lagi BAB Sembarangan Tahun 2014

Sumber:Pos Kupang - 11 November 2009
Kategori:Sanitasi

LEWOLEBA, POS-KUPANG.COM --- Tahun 2004 diharapkan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Kabupaten Lembata, tidak lagi buang air besar (BAB) sembarangan. Untuk itu, Plan Internasional Program Unit Lembata menggandeng Bappeda Lembata dalam upaya menggembangkan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) bagi seluruh rumah penduduk di Desa Dikesare agar memiliki jamban keluarga.

Demikian benang merah lokakarya hari pertama advokasi kebijakan dan pelatihan penyusunan rencana strategis pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) dalam program STBM, Senin (9/11/2009), di Lewoleba.

Sekretaris Kabupaten Lembata, Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si, dalam sambutannya saat membuka pelatihan itu, menegaskan, kebutuhan air minum dan sanitasi sangat strategis dalam kehidupan sehari-hari. Karena kedua hal itu merupakan salah satu fondasi inti masyarakat sehat, sejahtera dan damai.

Dengan air minum dan sanitasi yang baik, kata Atawolo, maka akan ada manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup dan vital bagi kesehatan. Tetapi, kenyataannya, saat ini masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan hidup. Akibatnya, angka diare yang tinggi dan timbulnya penyakit penyakit usus. Untuk itu, Atawolo berharap pelatihan ini bisa menjadi motivasi bagi peserta untuk memulai pola hidup bersih di lingkungan tempat tinggalnya.

Sementara itu, Eka Setyawan, Air Spesialits Plan Indonesia-Pusat, mengatakan, isu mendasar AMPL yakni dampak kebiasaan buruk sanitasi masyarakat. Penelitian Word Bank yang dipublikasikan Menteri Kesehatan dan Pekerjaan Umum RI, menyebutkan, kebiasaan buruk sanitasi mengakibatkan kerugian Rp 33 triliun dan 133 ribu bayi di Indonesia meninggal dunia akibat diare.

Lima pilar utama menjadi perhatian sentral yakni tidak buang air besar (BAB) sembarang, cuci tangan menggunakan sabun, mengolah air minum, mengolah sampah rumah tangga dan mengolah limbah cair rumah tangga. Pilar utama diharapkan diadopsi pemerintah daerah dalam program pembangunan daerah.

"Yang utama dari program ini adalah pemicuan membangkitkan kesamaan visi, misi dan pemahaman. Infrastruktur sanitasi bukan hal yang utama," kata Eka.

Menurut Eka, tidak BAB sembarangan dapat menekan biaya kesehatan. Perkiraan Word Bank, setiap keluarga bisa menghemat 50 dollar AS dan tidak sering mengeluarkan biaya berobat.  "Tidak BAB sembarangan keuntungannya 32 persen, cuci tangan pakai sabun 42 persen dan mengolah air minum 32 persen. Program ini sudah berlangsung pada 20 propinsi dan 120 kabupaten/kota. Harapannya, pada 2014 Indonesia bebas sanitasi. Tidak ada lagi yang BAB sembarangan," kata Eka.

Sedangkan, Purnomo, dari Waspola-Fasilitator Pokja Perencanaan AMPL di Indonesia, mengharapkan, peserta lokakarya yang terdiri dari stakeholder terkait bisa membangun kesamaan visi dan misi program AMPL berkelanjutan. Dengan kesamaan visi dan misi, program AMPL akan berhasil.

Apa pun model  dan konstruksi sanitasi kepada masyarakat bukan hal utama. Yang utama diletakkan adalah perubahan perilaku dan kesadaran masyarakat pola hidup sehat. "Selama ini kita buang-buang biaya sangat besar. Yang harus dibangun pertama mengubah perilaku menyadari pentingnya pola hidup sehat. Nanti masyarakat sendiri yang menentukan teknologi sanitiasi sesuai kemampuannya," kata Purnomo. (ius)



Post Date : 11 November 2009