Tiap Hari 5.000 Balita Meninggal karena Diare

Sumber:Republika - 28 Mei 2008
Kategori:Sanitasi

SEMARANG -- Dampak kesehatan akibat minimnya pelayanan kesehatan sanitasi di negeri ini harus dibayar mahal. Sedikitnya 5.000 anak di bawah usia lima tahun (balita) meninggal dunia setiap hari akibat serangan diare.

Penyakit ini dipicu oleh rendahnya pola hidup sehat masyarakat. Khususnya, dalam penyediaan sanitasi yang baik untuk menunjang kesehatan lingkungan. ''Diare ini muncul karena 980 juta anak tidak memiliki toilet di rumahnya. Mereka menjadi bagian dari 2,6 miliar orang di seluruh dunia yang tak punya WC di rumah,'' tegas Kepala Perwakilan Unicef Semarang, I Made Sutama di Semarang, Senin (26/5).

Di Indonesia, hampir 69 juta orang tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar dan 55 juta orang tidak memiliki akses terhadap sumber air yang aman. Sekitar 15,7 juta dari 33 juta jiwa yang masih bermasalah dalam akses terhadap toilet ada di Jateng. Akibatnya, 100 ribu anak berusia di bawah tiga tahun meninggal setiap tahun karena diare. ''Diare ini merupakan penyebab kematian anak-anak kedua terbesar di negara berkembang setelah infeksi saluran pernapasan akut (ispa),'' imbuhnya.

Sutama menjelaskan, perilaku hidup bersih yang baik, jika disertai dengan adanya akses terhadap toilet dapat menurunkan tingkat kematian anak dan meningkatkan jumlah anak perempuan yang bersekolah. Selain itu, mengurangi kasus kekurangan gizi dan tingkat infeksi, memberi martabat yang lebih baik serta keleluasan bagi semua, khususnya perempuan, yang sering mengalami ketidaknyamanan karena kurangnya toilet yang bersih dan aman.

Unicef atau Badan PBB yang mengurus masalah anak terus mendukung Pemprov Jateng untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kurangnya akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak. Hal ini diwujudkan dengan mendukung kebijakan pengembangan Rencana Strategi Pembangunan Air dan Sanitasi hingga kabupaten/ Kota.

Terkait hal ini, Unicef bersama Pemrov Jateng mempromosikan Tahun Sanitasi Internasional dengan tema 'Sanitasi adalah jawaban untuk meningkatkan kualitas hidup.' Tahun Sanitasi Internasional yang diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia di Jakarta pada 27 Maret 2008 lalu ini merupakan upaya bersama untuk mengangkat masalah sanitasi, air bersih dan lingkungan di kalangan masyarakat umum, pemerintah daerah, masyarakat madani, dan pihak pihak terkait lainnya.

''Kita perlu bekerja sama dengan seluruh stakeholders untuk memastikan bahwa perempuan dan anak paham mengenai hidup higienis dan memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sebagai pemenuhan hak dasar mereka,'' imbuhnya.

Menurut Kepala Dinas Pemukiman dan Tata Ruang (Kimtaru) Jateng, Sri Yuwanti, masalah sanitasi merupakan tanggung jawab semua pihak dan harus dimulai dari setiap rumah tangga. Pemerintah bertanggung jawab dalam mendukung dan memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana. ''Kerja sama dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, swasta dan media tentunya sangat penting artinya,'' tegas Yuwanti.

Selama ini, paparnya, Unicef telah mendukung pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi serta peningkatan kapasitas di Kabupaten Klaten. Proyek ini mendukung Pemda Klaten untuk menyediakan fasilitas Penampungan Air Hujan (PAH) di masyarakat, fasilitas toilet dan cuci tangan di sekolah, serta usaha-usaha peningkatan kesadaran akan pentingnya sanitasi dan perubahan perilaku kebersihan yang sehat kepada masyarakat dan anak-anak sekolah. owo



Post Date : 28 Mei 2008