|
[DENPASAR] Sebanyak satu miliar penduduk dunia belum punya akses terhadap air bersih, dan 2,6 miliar penduduk dunia belum miliki sanitasi yang higienis. Buruknya penyediaan air bersih dan sanitasi ini menyebabkan 2.300 per 100.000 penduduk di dunia meninggal karena penyakit diare dan mayoritas adalah balita. "Ironisnya, setiap 15 menit ada satu balita yang melayang nyawanya karena diare. Di Indonesia, dalam setiap tahun terdapat balita yang menderita diare sebanyak satu sampai dua kali," ujar Direktur Kesehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Wan Alkadri, dalam Lokakarya "Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (Stops)", di Denpasar, Bali, Selasa (26/2). Bahkan, menurut Alkadri, tahun 2005 terdapat 111 kejadian luar biasa (KLB) diare di Indonesia. Berdasarkan perhitungan di Indonesia dari 1.000 balita yang dirawat di rumah sakit, 430 balita terkena diare. Sarana sanitasi yang tidak layak dan buruknya perilaku higienis turut berdampak pada kematian bayi, angka kesakitan, dan malnutrisi pada anak yang menjadi ancaman besar bagi potensi sumber daya manusia Indonesia. Dia mengungkapkan, saat ini sedikitnya 100.000 anak meninggal setiap tahun akibat diare. Sementara itu, kasus typoid di Indonesia merupakan yang terbesar di wilayah Asia Timur. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena tidak sebanding dengan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang telah mencapai lebih dari US$ 700. Buruknya Sanitasi
Alkadri memaparkan, Indonesia kehilangan potensi ekonomi sebesar 2,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) akibat buruknya sanitasi. Ini berarti setiap rumah tangga menderita kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp 120.000 per bulan. "Pemerintah tidak dapat membiarkan masalah tersebut karena menghambat produktivitas nasional," ujarnya. Dia menjelaskan, masyarakat miskin di wilayah pedesaan dan perkotaan memiliki akses yang rendah terhadap pemanfaatan sanitasi, sementara penggunaan sumber air permukaan yang tercemar masih terus berlanjut. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena sangat membahayakan. "Penurunan kualitas dan kuantitas sumber air telah mencapai titik kritis di pulau-pulau dengan kepadatan penduduk tinggi, seperti di Jawa dan Bali," ucapnya. Sementara itu, Tim Leader Program World Sanitasi Program (WSP) Bank Dunia, Djoko Wartono, mengungkapkan, pihaknya tengah fokus membuat program sanitasi total di Jawa Timur (Jatim). [E-5] Post Date : 27 Februari 2008 |