|
SEBAGIAN warga masyarakat di kawasan sekitar aliran Kali Jenes ternyata menyadari air sumurnya tak lagi bersih. Mereka pun kemudian menggunakan air bersih dari PDAM Surakarta untuk kebutuhan hidupnya, terutama minum dan memasak. Namun sebagian yang lain menganggap hal tersebut tidak masalah. "Lo airnya tidak berwarna kan? Airnya juga tidak berbau, jadi tetap kami gunakan untuk mandi dan mencuci," kata Johan alias Daryanto, warga RT 1 RW 7 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon. Penggunaan air sumur-sumur di pinggir Kali Jenes yang diduga tercemar limbah industri juga masih dilakukan warga lain, minimal untuk mandi dan mencuci. Atika dan Wahyuni, warga RT 2 RW 7 di kelurahan yang sama, misalnya, mengaku tetap menggunakan air sumurnya, selain untuk minum dan memasak. "Kalau untuk minum dan memasak saya gunakan air PDAM. Sebab, air sumur di sini setelah disedot menggunakan pompa listrik permukaannya berselaput putih," kata Atika. Selain itu, jika ditandon dalam ember-ember plastik maka tempat air tersebut cepat menghitam. Khawatir atas perubahan warna itu warga kemudian memilih memanfaatkan PDAM. Sepintas melihat aliran air di Kali Jenes yang tak jauh dari sumur-sumur warga itu sudah mencurigakan. Tak terlihat kejernihannya. Warna hitam kemerah-merahan sangat jelas. Berdasarkan pengamatan di lapangan beberapa kali tersembur air di selokan-selokan yang berasal dari permukiman. Awalnya kemerah-merahan, tetapi saat terjun ke permukaan aliran Kali Jenes muncul buih-buih putih. "Kadang terasa gatal-gatal juga kalau air itu kena kulit. Tapi kalau air di kali ini tinggi saat hujan deras ya tetap kami gunakan untuk berenang," kata beberapa bocah yang bermain di pinggir Kali Jenes.(Setyo Wiyono-27) Post Date : 13 Januari 2006 |