|
Kudus, Kompas - Volume air Waduk Kedung Ombo yang terletak di perbatasan Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Boyolali, Jawa Tengah, sejak beberapa tahun terakhir terus menyusut. Titik terendah volume air itu terjadi tahun 2003. Pada posisi Selasa (10/5) volume air waduk tersisa 260,775 juta meter kubik. Air ini akan habis untuk irigasi pada 29 Juli 2005 bila dialirkan dengan debit 50 meter kubik per detik. Oleh karena itu, Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Wilayah Sungai Serang, Lusi, Juwana (Seluna) Agus Purwadi meminta petani di daerah irigasi Waduk Kedung Ombo lebih efisien menggunakan air dan mematuhi pola tanam. Peringatan Agus itu disampaikan dalam rapat koordinasi antara BPSDA Wilayah Seluna dan Dinas Pengairan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), serta sejumlah kepala desa dari Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Jepara, dan Pati di Aula BPSDA Seluna, Kamis. Ia menambahkan, volume air Waduk Kedung Ombo yang tinggal 260,775 juta meter kubik itu sudah termasuk pasokan air hujan hasil dari hasil teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilaksanakan beberapa kali di seputar waduk. Dikatakan, waduk yang dioperasikan sejak 17 tahun lalu itu mampu mengairi 63.624 hektar sawah di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati. Waduk ini menjadi tumpuan lebih dari 200.000 petani, serta lebih dari satu juta buruh tani, kontraktor pengadaan pangan, pedagang beras, hingga para tengkulak. Kebiasaan petani Menyikapi merosotnya volume air Waduk Kedung Ombo, Ketua P3A Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Kaspono berpendapat, petani seharusnya sudah mulai berhemat dalam menggunakan air waduk. "Kebiasaan jelek lainnya menyangkut mengoperasikan pompa air liar dan tak mematuhi pola tanam. Akibatnya, petani yang memiliki sawah di bagian bawah sering tidak menerima kucuran air secara utuh. Bahkan, ada sejumlah saluran irigasi di Kabupaten Demak yang belum pernah tersentuh air dari Waduk Kedung Ombo," ujarnya. Rapat menghasilkan lima kesepakatan, yaitu MT 2005/2006 dimulai 1 Oktober 2005. Mandi cuci kakus tetap ada, tetapi tidak kontinu dan dilaksanakan mulai 1 September. Pintu utama waduk ditutup total 1 Agustus-31 Agustus. Mulai 15 Juli tak ada lagi tanaman (padi) musim tanam II 2004/2005, sementara debit air disepakati 55 meter kubik per detik per 24 jam.(sup) Post Date : 13 Mei 2005 |