|
Banda Aceh, Kompas - Radiman, warga Desa Pante Seuleumak, Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara; dan Hariyati (16), warga Desa Seumali, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, tewas terseret banjir. Hujan yang turun terus sejak Sabtu pekan lalu menyebabkan banjir di pantai timur Nanggroe Aceh Darussalam. Banjir merendam belasan desa setinggi 1,5-2 meter dan puluhan desa lain terisolasi karena jalur transportasi ke wilayah itu terputus. Camat Ranto Peureulak Zulbahri saat dihubungi dari Banda Aceh, Senin (1/12), mengatakan, jenazah Hariyati ditemukan Senin pagi setelah dilaporkan hilang pada Minggu malam. ”Dia terseret arus ketika menuju tempat pengungsian di meunasah desa yang berjarak 400 meter dari rumah korban,” katanya. Menurut dia, banjir terparah terjadi di lima desa, yaitu Seumali, Peunti Payun, Tanjung Tani, Alue Genting, dan Seumanah Jaya. Lebih dari 1.000 hektar sawah dan kebun warga terendam. Data Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) Provinsi NAD menyebutkan, banjir melanda lima wilayah di pantai timur Aceh, yaitu Kabupaten Bireuen, Kota Lhok Seumawe, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, dan Kota Langsa. Di pantai barat NAD, Kecamatan Trumon Timur yang dilanda banjir dua pekan lalu, saat ini kembali dilanda banjir. Menurut data Satkorlak PBP NAD, pengungsi terbanyak akibat banjir terdapat di Kota Langsa, 4.926 keluarga (19.704 jiwa). Satkorlak PBP Kabupaten Bireuen mencatat ada dua desa dilanda banjir, Leubok Mee dan Gandapura. Di Aceh Utara, banjir melanda Kecamatan Tanah Jambo Aye, Meurah Mutih, Langkahan, Kuta Makmur, Cot Girek, dan Matangkuli. Delapan desa di Kecamatan Tanah Jambo Aye terisolir akibat banjir. Di Aceh Selatan, warga tiga desa di Kecamatan Trumon Timur, yaitu Desa Cot Bayu, Seunebok Pusaka, dan Desa Lhok Raya, kembali mengungsi. Camat Trumon Timur Lahmuddin menyatakan, warga sudah mendapat bantuan. Bandara beroperasi lagi Bandar Udara Temindung, Samarinda, Kalimantan Timur, beroperasi lagi Selasa (2/12). Bandara yang melayani rute penerbangan ke pedalaman itu sempat ditutup empat hari sejak Jumat (28/11) karena terendam luapan Sungai Karangmumus setinggi satu meter. Menurut Kepala Bandara Temindung Bambang Darmawanto, Senin, banjir surut hari Senin, tetapi pihak bandara perlu waktu untuk mengeringkan dan membersihkan landas pacu. Banjir yang merendam bandara setinggi 10-20 cm membuat landas pacu dan apron kian rusak. Sepanjang 100 meter aspal di kedua ujung landas pacu rusak. Yang efektif untuk terbang dan mendarat pesawat hanya 940 meter. Akibatnya, pesawat yang bisa beroperasi hanya yang berkapasitas maksimal 45 penumpang. ”Apron belum diaspal ulang sejak 9 tahun lalu. Padahal, idealnya diaspal tiap lima tahun,” kata Bambang. Aspal apron juga rusak. Banjir sejak Senin (24/11) berdampak pada 16.721 keluarga di 190 RT di tiga kecamatan, yaitu Samarinda Utara, Samarinda Ulu dan Samarinda Ilir. Menurut prakirawan Stasiun Meteorologi Temindung, Sutrisno, ancaman banjir masih ada. Curah hujan Desember masih di atas 150 milimeter. Curah hujan November 2008 mencapai 433 mm. Padahal, curah normal rata-rata 1978-2007 pada November hanya 197 mm. Jumlah hari hujan 21 hari per bulan, sedangkan rata-rata normal 20 hari. Sutrisno mengingatkan, warga Samarinda agar waspada bila hujan turun di kota berpenduduk 607.000 jiwa itu. ”Semua jaringan sungai dan saluran air di tiga kawasan itu bermuara ke Karangmumus,” katanya. (MHD/BRO) Post Date : 02 Desember 2008 |