|
WONOSARI (KR) - Akibat pemasangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Patuk belum selesai, gangguan pelayanan air dari Proyek Air Bersih (PAB) Seropan semakin meluas. Semula pemasangan ini direncanakan berakhir Rabu (5/4), tetapi diperpanjang hingga Kamis (13/4) mendatang. Akibat perpanjangan itu sekitar 1.500 konsumen PDAM di wilayah Karangmojo, Semin, Ngawen, Ponjong dan sebagian Semanu kesulitan air bersih. "Sudah empat hari ini air tidak mengalir," kata Ny Umi Widayati penduduk Wiladeg yang ditemui KR di rumahnya, kemarin. Direktur Umum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Wonosari Isnawan Febriyanto SE membenarkan terjadinya kesulitan air untuk konsumen di wilayah timur. Sebenarnya kesulitan ini sudah terjadi sejak dilakukan pemasangan jaringan SUTET di Patuk. Karena tegangan listriknya terganggu, sehingga tidak dapat untuk menggerakkan diesel selama 24 jam. Di PAM Seropan ada 6 pompa, sehingga membutuhkan tenaga listrik yang besar. Operasional pompa Seropan baru dapat dimulai pukul 17.00 setelah kegiatan pemasangan jaringan selesai, sehingga tak dapat sepenuhnya mengangkat air dari PAM Seropan. Dampaknya layanan kepada konsumen terganggu. "PDAM Wonosari kebanjiran protes dari konsumen wilayah Semin, Ngawen, Karangmojo dan sekitarnya," tambahnya. Kondisi ini diakui semakin menyulitkan PDAM Wonosari. Di saat layanan kepada konsumen terganggu pihaknya juga harus menyosialisasikan kenaikan tarif air dari Rp 1.250 menjadi Rp 1.700. Karena itu petugas menghadapi persoalan yang ruwet. Satu sisi harus menyampaikan informasi tentang kenaikan tarif, di sisi lain layanan kepada kosumen tidak lancar. Ini benar-benar membingungkan petugas. Karenanya pihaknya berharap tidak ada lagi pengunduran jadwal pemasangan SUTET di Patuk. Artinya, jika sekarang memang diundur sampai 13 April, mudah-mudahan dapat terselesaikan sesuai dengan jadwal. "Bahkan, kami berharap agar ada percepatan, sehingga sebelum tanggal 13 selesai, dan PDAM Wonosari dapat memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen," ujarnya. Harapan serupa juga datang dari kalangan konsumen. Sebab, jika air tidak mengalir, berarti harus mengeluarkan anggaran ekstra untuk pencukupan air. Sementara untuk satu tanki air harganya juga tidak murah karena harus membayar sekitar Rp 80 ribu, sehingga jika terlalu lama berarti harus mengeluarkan uang semakin banyak. Hal ini akan menambah beban ekonomi keluarga. Bahkan secara teknispun juga susah. Jika biasanya tinggal memutar kran sekarang harus pontang-panting mencari air. Bahkan, untuk menampung air satu tankipun mengalami kesulitan. "Jika dimasukkan ke dalam sumur, airnya cepat habis sementara untuk ditampung ke bak-bak air tidak cukup tersedia," kata Ny Umi Widayati. Ketua DPRD Gunungkidul H Wagiran BA juga berharap semua kegiatan dapat berjalan tepat waktu. Disadari untuk pesangan jaringan SUTET memang diperlukan waktu yang cukup, sementara layanan air kepada masyarakat juga sangat diperlukan. Karenanya antara PDAM Wonosari dan PLN hendaknya terus melakukan koordinasi sehingga dapat dicari solusi yang tepat berkait dengan masalah yang dihadapi. "Koordinasi yang intens diperlukan," tambahnya. (Ewi/Her)-b. Post Date : 11 April 2006 |