|
SUMBER, (PR).-Produksi pertanian di wilayah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu untuk panen musim rendeng tahun 2005 yang akan datang diperkirakan akan terancam mengalami kemerosotan. Penyebabnya, tidak lain ialah banyaknya sawah yang mengalami puso dan tidak bisa dipanen akibat bencana banjir pada bulan Januari 2005 lalu di Kab. Cirebon. Selain itu, munculnya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti kupu-kupu putih dan sundep yang kini menyerang lahan pertanian di Indramayu. Informasi yang diperoleh "PR" di Dipertan Kab. Cirebon, Selasa (8/3), sedikitnya 5.000 ha sawah dipastikan gagal panen. Seluas 2.858 ha di antaranya karena mengalami kerusakan, 1.126 ha puso dan selebihnya tak bisa dipanen karena berbagai sebab. Areal sawah yang rusak dan puso tersebar di sejumlah kecamatan sentra pertanian di daerah itu. Di antaranya di Kec Kapetakan, Panguragan, Susukan, Cirebon Utara, Gegesik, Losari dan Mundu. Diantara sejumlah kecamatan sentra pertanian tadi, kerusakan terparah terdapat di Kec Kapetakan. Pada bencana banjir pertengahan Januari 2005 lalu, luas genangan air yang membanjiri areal pertanian mencapai 1.484 ha dan yang dinyatakan rusak berat atau puso seluas 341 ha lebih. Sawah yang dipastikan gagal panen itu juga diperkirakan masih lebih luas. Sebab data secara keseluruhan belum masuk ke dipertan. Adanya sawah yang dipastikan tidak bisa dipanen itu sekaligus juga sebagai pertanda bakal terjadi kemerosotan produksi pertanian di daerah setempat. Sebagai perbandingan hasil panen rendeng 2004 lalu yang produksi rata-rata 5 ton/ha, maka dengan adanya 5.000 ha yang gagal panen, sedikitnya akan ada kemorosotan produksi mencapai 25.000 ton. Data di Dipertan Kab Ciroben, luas cakupan pada MT (musim tanam) rendeng 2004 lalu mencapai 48.000 ha. Dengan adanya kerusakan, panen rendeng di daerah setempat hanya terjadi di sawah seluas tidak lebih dari 43.000 ha. "Sawah rusak dan puso akibat bencana banjir mencapai hampir 5.000 ha dari 48.000 ha. Sawah itu dipastikan tidak bisa dipanen," tutur Kadipertan, Ir. Ali Efendi, M.M kepada PR, di ruang kerjanya. Diakui, bencana banjir pada bulan Januari 2005 lalu cukup berpengaruh terhadap produksi pertanian pada musim panen rendeng yang akan datang. Kendati demikian, pihaknya juga terus berupaya agar kemerosotan produksi tidak lebih parah. "Kita tetap berupaya mencegah supaya kemerosotan produksi tidak lebih parah. Kita juga minta petani untuk mewaspadai kemungkinan serangan hama yang bisa juga menggagalkan panen. Hanya saja, sejauh ini tingkat serangan hama masih jauh di bawah ambang batas," tutur dia. Lebih jauh Kadipertan Ali mengemukakan soal upaya agar sawah yang mencapai hampir 5.000 ha itu bisa tetap berproduksi, setidaknya pada MT gadu berikutnya. Karena itu, Pemkab Cirebon telah memberi bantuan bibit ke sawah yang rusak dan puso. "Kita sediakan dana senilai Rp 168 juta untuk membeli bibit dan menyerahkan ke petani yang sawahnya rusak atau puso. Bantuan itu akan diberikan dalam bentuk bibit padi. Diberikan April 2005 mendatang atau setelah panen rendeng dan memasuki masa tanam gadu," ungkapnya. Hama Sundep Sementara itu, ancaman OPT kini telah membuat cemas para petani Indramayu menyusul banyak dijumpainya kupu-kupu putih (cikal bakal hama sundep) yang berterbangan di malam harii. Wilayah yang dilaporkan terancam serangan sundep di antaranya Kec. Sliyeg Jatibarang, Sukagumiwang, Bangodua dan Terisi. Keterangan yang dihimpun "PR", menyebutkan, kecemasan kalangan petani terkait kemungkinan munculnya hama sundep itu karena ditemukan banyaknya kupu-kupu putih berukuran kecil yang dijumpai berterbangan di malah hari. "Biasanya, kalau sudah banyak muncul kupu-kupu putih, akan diikuti munculnya hama sundep," kata Tarwita, petani di Kecamatan Sukagumiwang. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu, H Koesnomo Tamkani, SE, M.Agr kepada "PR", membenarkan adanya fenomena kemunculan kupu-kupu putih areal tanaman persawahan. "Tetapi berdasarkan laporan yang ada, serangannya belum merisaukan," ujarnya. Dikatakan, sejumlah wilayah di Kab. Indramayu seperti di Desa Wanasari Kec. Widasari, Desa Cikamurang Kec. Terisi dan Cikamurang Kec. Haurgeulis dan desa-desa lain yang bila ditarik menjadi semacam garis lurus dengan desa-desa tersebut telah menjadi semacam endemis serangan hama sundep..(A-93/A-96) Post Date : 09 Maret 2005 |