|
Palembang, Kompas - Akibat minimnya dukungan sistem pengairan, sekitar 240.000 hektar lahan persawahan di Sumatera Selatan saat ini berada dalam kondisi menganggur. Padahal, dengan melihat luas lahan persawahan yang ada, Sumsel berpotensi dikembangkan sebagai lumbung beras nasional. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumsel Trisbani Arief, Senin (22/11) di Palembang. "Berdasarkan catatan Dinas Pertanian, ada 240.053 hektar lahan persawahan di seluruh Sumsel yang sementara ini tidak bisa diusahakan oleh pemiliknya, karena hambatan sistem pengairan," papar Trisbani. Dari jumlah tersebut, potensi cukup besar terdapat di persawahan pasang surut (112.245 hektar) dan sawah lebak (102.264 hektar). Akan tetapi, pengembangan sawah di area tersebut tidak bisa optimal karena sistem drainase yang tidak mendukung. Kondisi serupa juga dihadapi para petani pemilik sawah di daerah yang dilalui saluran irigasi. "Saluran irigasi tidak mencapai sawah-sawah mereka, sehingga mereka tidak kebagian air dan sangat bergantung pada air hujan," imbuh Trisbani. Sekitar 3.600 hektar sawah yang ada di sekitar saluran Irigasi Komering, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, termasuk dalam kelompok sawah yang menganggur tersebut. Menurut Trisbani, jika sawah-sawah yang menganggur tersebut dioptimalkan, Sumsel akan memiliki sekitar 450.000 hektar sawah yang setiap tahunnya berpotensi menghasilkan 4,2 juta ton gabah kering panen (GKP). "Dengan kondisi itu, Sumsel berpeluang menjadi lumbung beras nasional. Akan tetapi, itu semua terpulang kepada komitmen pemerintah, karena untuk membangun sistem pengairan untuk persawahan butuh dana besar," demikian Trisbani. Sawah baru Secara terpisah Asisten Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan dan Kesejahteraan Masyarakat Budi Rahardjo menuturkan, jumlah lahan persawahan di Sumsel segera bertambah dengan dilanjutkannya proyek Irigasi Teknis Komering. "Insya Allah, pada tahun 2007 Sumsel akan mencetak 120.000 hektar lahan persawahan baru," ujar Budi. Lahan persawahan tersebut akan memanfaatkan saluran irigasi yang memanfaatkan aliran Sungai Komering di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Menurut Budi, nota kesepakatan pembangunan proyek sebesar Rp 1,8 triliun yang merupakan pinjaman lunak dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) itu telah ditandatangani. "Maret 2005, mulai dirancang detil teknisnya, sedangkan pembangunan saluran irigasi akan dilakukan pada 2006," ungkap Budi. Proyek Irigasi Komering yang dimulai pada 1991, dirancang mampu mengairi sekitar 124.000 hektar sawah di Sumsel. Namun, karena berbagai hambatan, proyek tersebut terhenti pada tahun 2001 dengan realisasi sawah yang diairi baru seluas 46.557 hektar. Perluasan aliran irigasi diharapkan mampu mendorong petani di daerah Muncak Kabau yang selama ini bergantung pada air hujan. Trisbani menambahkan, dengan irigasi teknis tersebut petani di daerah Ogan Komering Ulu Timur bisa panen dua kali dalam setahun. (DOT) Post Date : 23 November 2004 |