|
JOGJA - Kondisi air tanah di Jogja semakin memprihatinkan. Hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kota Jogja menyebutkan, hampir semua air sumur yang digunakan untuk memasak telah tercemar bakteri coli. "Air yang tercemar sekitar 85 persen. Ini persoalan serius," jelas Pelaksana Tugas Kepala Dinas LH Suyana kemarin. Suyana yang didampingi Kepala Bidang Pengelolaan Lingkungan Dra Ika Rostika mengatakan bahwa pencemaran air sumur itu terjadi karena kotoran manusia dan hewan. Dampaknya adalah merebaknya penyakit diare. Selain bakteri coli, air sumur di Jogja tercemar kandungan mangan (Mn) dan nitrit. Nitrit merupakan bahan organik yang berasal dari kotoran manusia. Itu terjadi karena secara teknis, pembangunan septic tank di Jogja banyak yang tidak benar. Bahkan, seluruhnya hampir tidak memenuhi persyaratan teknis. "Di Jogja, septic tank-nya kan berbentuk tradisional. Bentuk pembuangan ini harus ditinggalkan. Sebab, tidak terjadi pengolahan kotoran," jelas Suyana. Karena itu, masyarakat diminta membuat septic tank yang memenuhi persyaratan teknis. Septic tank itu lantas disambungkan dengan saluran air limbah (SAL). Terkait pengelolaan air limbah, Suyana berasumsi Perda No 9 Tahun 1991 tentang Pengelolaan Asinering harus diperbarui. Sebab, perda itu dianggap kedaluwarsa dan ketinggalan zaman. "Sudah tidak up to date lagi. Saya kira harus disesuaikan kondisi sekarang," katanya.(uki/jpnn) Post Date : 16 Mei 2007 |