|
KOKAP (KR) - Sumber mata air Tuk Mudal di Nganjir, Hargorejo, Kokap belum bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Sepanjang tahun air terus mengalir terbuang sia-sia ke sungai kecil karena bak yang tersedia untuk mandi dan mencuci, tidak lagi mampu menampung air tersebut. Sementara PDAM Kulonprogo dan Kimpraswil DIY tengah meneliti untuk mengetahui kemungkinan Tuk Mudal menjadi alternatif sumber air bersih. Reso Wiyadi (67) warga Nganjir, yang rumahnya berdekatan dengan Tuk Mudal menjelaskan, sepanjang tahun air Tuk Mudal tidak pernah kering. Pada saat kesulitan air bersih di musim kemarau, banyak masyarakat dari berbagai daerah mengambil air tersebut. Dulu bentuknya seperti sendang dengan mudal atau sumber mata air yang berlimpah. Namun demi keamanan oleh masyarakat ditutup dan airnya dialirkan ke bak untuk mandi, tutur Reso Wiyadi. Menurutnya sekitar tahun 1980-an, air tersebut pernah dikelola masyarakat dengan dibuatkan bak penampungan berukuran besar. Air didistribusikan ke rumah penduduk. Namun sarana air bersih hadiah atas keberhasilan program KB di wilayahnya itu sudah rusak sehingga tidak digunakan lagi. Tuk Mudal tersebut juga menjadi perhatian PDAM Kabupaten Kulonprogo setelah Bupati Kulonprogo H Toyo Santoso Dipo mengadakan kunjungan ke Tuk Mudal dalam serangkaian acara bulan bhakti gotong royong, baru-baru ini. Direktur PDAM Kabupaten Kulonprogo Drs Yuwono ketika ditemui, Jumat (22/7) di Joglo Pemkab Kulonprogo menjelaskan PDAM Kabupaten Kulonprogo bersama Dinas Pemukiman Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Propinsi DIY sedang meneliti kemungkinan sumber air Tuk Mudal bisa digunakan menjadi sumber air alternatif untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat luas. Debit air Tuk Mudal pada musim penghujan, katanya bisa mencapai sekitar 11 liter/detik. Sedangkan pada musim kemarau debit air mengalami penurunan hingga sekitar 3 liter/detik. Apabila dimanfaatkan bisa untuk mencukupi kebutuhan air bersih sekitar 300 KK (kepala keluarga). Kita masih menunggu hasil penelitian. Kalau memang memenuhi syarat bisa menjadi sumber mata air alternatif yang akan dimanfaatkan PDAM Kabupaten Kulonprogo selain selama ini mengambil air bersih dari Waduk Sermo dan Clereng, jelas Drs Yuwono. Menurutnya bantuan dari JICA berupa sumur bur di wilayah Pantok, Kalibawang debit air yang dihasilkan lebih besar dari sumber mata air Tuk Mudal. Pengeboran dengan kedalaman 100 meter, debit air yang dihasilnya mencapai 17 liter/detik. Air bersih dari sumur bur tersebut rencananya dikelola pemerintahan desa setempat, untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat sekitar. Sementara kesulitan air di musim kemarau yang melanda sebagian warga Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, akan segera teratasi menyusul ditemukannya sumber air. Dinas Kimpraswil DIY bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2004 lalu telah menemukan dan melakukan pengeboran sumber air di Pedukuhan Slanden Desa Banjaroyo. Sumur dengan kedalaman sekitar 100 meter dengan debit air sebesar 17 liter per detik pada tahun 2005 sudah pada tahapan lelang pengadaan instalasi jaringan kepada konsumen. Menurut Lurah Desa Banjaroyo, Wiwin Windarto saat menerima kunjungan Bupati Kulonprogo H Toyo Santoso Dipo, Kamis (21/7) lalu, sumur bor proyek Kimpraswil telah ujicoba selama 2 hari 2 malam dan kondisinya stabil. Untuk menjaga sumber-sumber air di sekitarnya tidak mati, nantinya akan dimanfaatkan hanya 10 liter perdetik. Dalam pengelolaan jaringan air minum yang nantinya dibangun Kimpraswil, dalam kurun waktu 1 hingga 2 tahun akan diserahkan kepada masyarakat. Jika dapat berjalan dengan baik dapat dilanjutkan, sedangkan jika dalam waktu 2 tahun masyarakat kesulitan dalam mengelolanya, Kimpraswil akan menyerahkan kepada PDAM. Terkait pengelolaan, Bupati Kulonprogo H Toyo Santoso Dipo menyarankan agar dapat diwujudkan dengan sebuah lembaga desa berupa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dapat dikelola dengan baik. Sebaiknya diserahkan ke pihak Pemerintah Desa saja dengan dikelola melalui BUMDes, dan kuncinya yang terpenting dalam hal ini adalah kontinyuitas distribusi kepada konsumen. Sebab bila nanti sering macet, tidak mampu mengatasi biaya operasional, maka pengelolaannya dapat diserahkan ke PDAM, kata Toyo. (Ras/Wid)-b Post Date : 25 Juli 2005 |