Tempat Sampah Liar Dikeluhkan

Sumber:Pikiran Rakyat - 03 Agustus 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BEKASI, (PR).- Sejumlah warga di RT 05 RW 03, Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, mengeluhkan bau menyengat dari tempat penampungan sampah (TPS) liar yang ada di wilayah mereka.

Salah seorang warga, Zuma (35) yang ditemui, Senin (2/8) mengakui bau menyengat dari tumpukan sampah yang berada pada lahan seorang warga itu sangat mengganggu. "Masa sudah dapat Adipura kok di tengah-tengah kota masih ada saja TPS liar yang bikin bau," katanya.

Selain itu, tutur Zuma, banyak warga setempat yang khawatir TPS liar itu menjadi sarang penyakit karena sampahnya selalu menumpuk. "Kalaupun diolah, cuma dibakar yang asapnya mengganggu pernapasan," katanya.

Padahal, tepat di depan lahan seluas hampir 2.000 meter persegi itu ada sebuah play group yang selalu dipenuhi oleh anak-anak pada pagi hingga siang hari.

Salah seorang orang tua siswa, Tina (35), yang menunggui putrinya, menuturkan, dirinya sempat merasa terganggu dengan asap pembakaran sampah.

"Sudah dikeluhkan kepada kepala sekolah. Katanya memang keluhan itu sudah sering disampaikan kepada aparat terkait, tetapi belum ada tindakan," katanya.

Berdasarkan pengakuan salah seorang pekerja di TPS liar, Indri (27), TPS liar itu telah ada sejak 2000 lalu. "Lahannya punya orang Arab, tetapi dikelola oleh Pak Haji Saman. Sampai sekarang hasil pembakaran dan sampah yang sudah jadi pupuk kompos suka diambil oleh Pak Haji untuk usahanya di Setu," kata Indri.

Tidak setuju

Ia mengakui, sejumlah warga sempat mengeluhkan keberadaan TPS liar tersebut. Meskipun demikian, sebagian warga yang lain menolak jika TPS itu dibongkar karena di beberapa RT belum disediakan tempat penampungan sampah.

"Alasannya karena belum ada tempat penampungan sampah lainnya. Warga mau buang sampah ke mana," katanya.

Bahkan, ujar Indri, akibat sering dipanggil ke kelurahan, akhirnya para pekerja sempat mogok bekerja. Akan tetapi, warga malah protes dan sampah jadi makin menumpuk di sejumlah sudut perumahan.

Pekerja lainnya di TPS, Topik (30) mengatakan, sejumlah petugas yang mengaku dari Dinas Kebersihan Kota Bekasi sempat datang ke lokasi dan meminta mereka untuk menutup lokasi. Akan tetapi, petugas tidak memberikan solusi tempat pembuangan sampah warga.

"Terlebih, masih ada sekitar lima RT di wilayah ini yang belum memiliki tempat sampah agar truk sampah bisa mengambil dan dibawa ke Sumur Batu," katanya.

Bahkan, kata Topik, warga pernah ditawari untuk menyewa truk sampah Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per warga setiap bulannya untuk mengangkut sampah dari perumahan ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Ternyata warga menolak karena biayanya dianggap terlalu mahal. Yang sekarang saja Rp 2.000 per bulan sulit ditagih," ujarnya. (A-155)



Post Date : 03 Agustus 2010