|
Pulang dari menyusuri Kali Surabaya dengan perahu karet, puluhan mahasiswa di Kota Surabaya, Jawa Timur, membawa oleh-oleh istimewa. Ada 20 kantong plastik besar yang penuh berisi sampah plastik. Sesampai di pintu air di dekat Monumen Kapal Selam Surabaya, rombongan dalam tujuh perahu karet itu berhenti. Mereka segera membawa hasil perburuannya ke darat. Kantong-kantong plastik berisi sampah itu lalu mereka pamerkan di jalan. Isinya adalah sampah plastik, kebanyakan berupa popok bayi dan pembalut. ”Kami ingin menunjukkan isi sungai yang ternyata penuh sampah ini kepada warga, biar mereka tahu bahwa Kali Surabaya ternyata adalah tempat sampah,” kata Abu Prasetyo, mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma yang menjadi koordinator kegiatan itu, Minggu (25/3). Sambil memamerkan kantong sampah, para mahasiswa dari sejumlah universitas yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia wilayah Surabaya itu menggelar aksi di jalan raya. Mereka membawa poster sambil meneriakkan yel-yel tentang pentingnya menjaga kelestarian air. ”Minum pakai apa, mandi pakai apa, wudhu pakai apa? Jawabannya air!” teriak mereka. Abu mengatakan, kegiatan susur sungai yang diakhiri dengan aksi di jalan raya itu dilakukan guna memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret lalu. ”Kami ingin mengajak warga Kota Surabaya menjaga kebersihan sungai. Kami juga ingin pemerintah bisa tegas melarang industri dan warga membuang sampah di sungai,” ucapnya. Susur Kali Surabaya yang merupakan anak Sungai Brantas itu dimulai sejak Minggu pagi, sekitar pukul 09.00. Peserta berjumlah sekitar 50 orang. Perjalanan sepanjang 20 kilometer itu dimulai dari bagian Kali Surabaya yang lebih tinggi di wilayah Gunung Sari menuju Kalimas. Setiap perahu diisi 4-6 peserta. Mereka bergantian mendayung perahu sambil mengobservasi lingkungan di dalam dan di sekitar sungai. Dalam perjalanan selama lima jam itu, mereka mendapati kondisi sungai yang mengenaskan. Buih-buih penanda limbah industri terlihat di permukaan air. Selain itu, yang paling nyata adalah pemandangan tumpukan sampah terlihat di banyak titik di bantaran sungai. Sampah juga mengalir mengikuti arus hingga terjebak di pintu air. Mereka memunguti sampah yang ditemukan sepanjang perjalanan. Pembuangan sampah dalam bentuk lain juga mereka lihat dari banyaknya fasilitas kakus yang langsung berhubungan dengan sungai. Padahal, air sungai itu juga digunakan untuk mandi dan air minum. Mereka juga menemukan dua lubang selebar 50 sentimeter di bantaran sungai yang belum dibeton. Lubang itu diduga menjadi sarang buaya. Namun, mereka tidak mendapati seekor buaya pun di sungai yang membelah Kota Surabaya itu. Sampah domestik Ninik Sugatri, mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, menuturkan, selama perjalanan itu ia lebih banyak menemukan sampah domestik. ”Sampahnya dapat banyak banget, paling banyak popok,” ujarnya sambil menunjukkan lima kantong sampah di perahunya. Setiap kantong plastik itu berisi tak kurang dari 30 kilogram sampah. Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Prigi Arisandi mengatakan, kegiatan susur sungai sekaligus bersih sungai oleh mahasiswa adalah inisiatif yang harus diapresiasi. ”Inisiatif semacam ini sangat diperlukan sehingga gerakan menjaga kelestarian sungai dan air bisa semakin luas,” ujarnya. Menurut dia, kadar pencemaran air sungai oleh limbah industri di Kali Surabaya sudah menurun. Meski begitu, masalah sampah yang memenuhi sungai belum bisa diatasi. Oleh karena itu, inisiatif warga dalam membersihkan sungai harus diimbangi dengan kebijakan pemerintah. Apalagi, kelestarian Kali Surabaya sangat vital bagi Kota Surabaya. Sekitar 96 persen kebutuhan air warga Kota Surabaya disuplai dari sungai ini melalui perantara perusahaan daerah air minum. Pemerintah daerah diharapkan segera mengeluarkan peraturan guna melestarikan Kali Surabaya. Sementara di tingkat pusat, pemerintah juga perlu mengeluarkan kebijakan agar produsen produk-produk seperti popok bayi dan pembalut memiliki skema untuk mendaur ulang produknya. Agar Kali Surabaya dan sungai-sungai lain tidak terus-menerus menjadi tempat sampah. (ARA) Post Date : 30 Maret 2012 |