|
Jakarta, Kompas - Wali Kota Jakarta Barat, Fadjar Panjaitan, Selasa (20/2), menutup paksa tempat pembuangan sampah liar di lingkungan RW 1 dan RW4, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, karena dikhawatirkan, timbunan sampah setinggi sembilan meter itu longsor menimbun rumah warga. "Saya sudah instruksikan Kepala Sudin Tramtib, Abidin Mustopa, untuk mengadukan masalah ini ke Polsek Cengkareng, dan mengawasi tempat pembuangan sampah liar ini setiap hari. Saya mengimbau Kepala Polsek Cengkareng bisa membawa pengelola pembuangan sampah liar ini ke meja hijau, karena dia bukan saja telah merugikan pemerintah, tetapi juga telah membahayakan keselamatan orang lain," katanya Panjaitan, yang tampak marah dan mengaku malu dengan dengan adanya pembuangan sampah secara sembarangan itu. "Kalau daerah ini kembali terendam banjir, sampah bisa longsor menimbun rumah warga," tambah Panjaitan. Menjelang penutupan kemarin, beberapa truk yang membawa sampah masih tampak keluar masuk lokasi pembuangan sampah liar itu. Tinggi timbunan sampah di atas tanah sengketa seluas 6.000 meter persegi itu, sudah mencapai sekurangnya sembilan meter, nyaris setinggi ujung atap rumah warga. Agus, Ketua RT 8/RW 1 mengungkapkan, setiap hari, sekurangnya 30 truk menimbun sampah di tempat tersebut. Setiap truk sekurangnya mengangkut dua ton sampah. Setiap hari, truk-truk tersebut membuang sampah kira-kira 60 ton di tempat itu. "Truk mulai ramai masuk pukul 02.00 hingga subuh," ucap Agus. Diancam arit Agus dan sejumlah warga, Selasa kemarin menjelaskan, tahun 1999, pukul 01.30, sekitar 30 warga pernah merubuhkan jembatan masuk ke tempat pembuangan sampah liar itu karena warga tidak tahan lagi dengan asap dan bau sampah yang menyengat sejak 1995. Tapi keesokan harinya, aksi warga dibalas dengan ancaman arit puluhan preman yang dibawa pengelola tempat pembuangan sampah liar. Mereka lalu memaksa warga mendirikan kembali jembatan yang dirobohkan. Sampah terus datang Sementara itu pembersihan sampah di sekitar sungai pascabanjir masih menghadapi kendala, karena volume dari sungai terus bertambah. Untuk menampung semua sampah akibat banjir, Dinas Kebersihan DKI Jakarta menambah tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang seluas 2,1 hektar. Pengamatan Kompas, Selasa (20/2), menunjukkan, pembersihan sampah di Bukit Duri, Jakarta Selatan, yang terus dilakukan masyarakat dan petugas Dinas Kebersihan sejak pekan lalu tidak kunjung selesai. Di Kampung Melayu, sampah dan lumpur juga masih ada yang ditumpuk di tepi jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengatakan, sampah dan lumpur kiriman dari Sungai Ciliwung terus datang sehingga sulit dibersihkan. (win/eca) Post Date : 21 Februari 2007 |