|
Ambon, Kompas - Sampah, limbah minyak, dan sedimentasi yang tinggi membuat pencemaran di Teluk Ambon, Maluku, semakin mengkhawatirkan. Sampah dari berbagai jenis bertebaran terapung di laut. Limbah minyak mengakibatkan jumlah ikan terus menurun, sedangkan sedimentasi yang tinggi di sekitar muara Sungai Galala diperkirakan menutup pintu masuk menuju Teluk Dalam. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Maluku Lucky Kembauw di Ambon, Kamis (14/7), mengatakan, sampah domestik yang masuk ke Teluk Ambon di antaranya berasal dari sampah produksi rumah tangga dan pasar. Sampah yang masuk setiap hari diperkirakan 5-10 ton. Kebersihan Teluk Ambon sulit diwujudkan selama tata ruang Pulau Ambon belum diatur kembali, katanya. Teluk Ambon memisahkan Pulau Ambon menjadi dua bagian, yaitu Jazirah Leihitu dan Jazirah Leitimur. Teluk Ambon yang memanjang masuk ke Pulau Ambon bersambung dengan Teluk Dalam yang dipisahkan oleh selat sempit yang menghubungkan Galala dengan Tanjung Martafons. Tumpukan sampah paling banyak bertebaran di laut sekitar Pantai Mardika yang terdapat pasar tradisional terbesar di Ambon. Akibat buruknya sistem penanganan, banyak sampah dari pasar dibuang langsung ke laut. Pencemaran di Teluk Ambon juga disebabkan oleh limbah minyak yang mencemari tepi pantai sekitar Teluk Dalam. Minyak itu di antaranya berasal dari buangan kapal penangkapan ikan, tumpahan minyak saat pengisian bahan bakar, serta limbah pembangkit listrik tenaga diesel. Akibat pencemaran tersebut, pohon bakau di sekitar Teluk Dalam, seperti di Nania, Poka, dan Rumahtiga, sulit tumbuh. Selain itu, jumlah ikan di kawasan itu juga terus menurun. Daerah yang dulu kaya aneka jenis ikan, kini ikan sulit ditemukan. (MZW) Post Date : 15 Juli 2005 |