|
GUNUNGKIDUL - Kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul, memaksa sebagian warga mencari air hingga Kabupaten Wonogiri. Sebab telaga yang sehari-hari menopang kebutuhan mereka, kini mengering. Karena itu, sebagian warga terpaksa membeli air dari jasa penjualan swasta. Sebab Pemkab belum melakukan pengedropan air gratis. Sebaliknya, warga yang kurang mampu, terpaksa berjalan kaki ke desa tetangga sejauh 5 kilometer lebih. Namun, air yang mereka peroleh itu jauh dari sehat. Sebab telaga di desa tetangga itu biasa untuk mandi ternak seperti sapi, lembu, dan kambing. Bahkan biasa dipakai untuk mencuci. Bagi yang tinggal di wilayah perbatasan dengan Wonogiri, mereka akan mencari atau membeli air dari Wonogiri. Sebab telaga-telaga yang biasa mereka gunakan, sudah mengering. ''Mereka yang mencari air hingga Wonogiri kebanyakan warga Desa Song Banyu, Kecamatan Girisubo," ungkap Kepala Humas Pemkab, Supriyanto, kemarin. 279 Dukuh Menurut dia, berdasar pendataan, saat ini kekeringan sudah melanda 279 dukuh yang tersebar di 50 desa. Jumlah itu, tentu akan bertambah karena saat ini baru awal musim kemarau. Puncak musim kemarau nanti, dipastikan hanya beberapa desa saja yang tidak kesulitan air. Terutama, yang ada di perkotaan dan sekitarnya. Sebab mereka mendapat pasokan dari PDAM. Camat Saptosari, Gunungkidul, Mujiyono mengatakan, di wilayahnya terdapat 17 telaga. Namun sekarang, 11 telaga sudah kering kerontang. "Hanya tinggal lima atau enam yang masih mengeluarkan air. Itu pun dengan debit sangat kecil, sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan warga satu dukuh," ujar dia. Warga juga sudah meminta pengedropan air gratis. Namun sampai saat ini, Pemkab belum melakukannya. Pengedropan air, kata dia, dilakukan dengan dana operasional Kecamatan Saptosari. Namun jumlahnya sangat terbatas. Karena itu, warga yang masih memiliki dana, terpaksa membeli air dari penjual swasta. Meskipun harga air tersebut sangat mahal, Rp 140 ribu/tangki. (sgt-72) Post Date : 03 Juli 2007 |