|
Sampah itu sumber uang. Tetapi caranya bagaimana? Tentu saja, tidak sulit melakukannya. Warga Cilandak sudah membuktikan hal itu, meskipun dengan teknologi yang sederhana. Mardian (50), warga RT 03/RW 08 Kecamatan Cilandak Timur, Jakarta Selatan misalnya, telah membuktikan betapa bermanfaatnya sampah yang umumnya dianggap sebagai barang tak berharga itu. Mardian bersama warga lainnya tidak membuang sampah produksi dari rumah mereka masing-masing. Kecuali sampah plastik dan besi, sampah yang biasanya dibakar, dibuang ke sungai atau ke tempat penampungan sampah, kini dikumpulkan. Sisa potongan sayur atau daun pohon pelindung yang jatuh berserakan di halaman rumah, tidak lagi dibuang. Mardian menuturkan, tiap hari warga setempat secara sukarela mengumpulkan sampah rumah tangga, lalu ditampung di sebuah tong pengolahan sampah. Tong sampah tersebut terbuat dari drum bekas yang dilubangi dan bisa dibuka atau ditutup sesuai keperluan. Tong sampah yang kapasitasnya satu meter kubik itu dipasang melintang di antara dua tiang paralel setinggi satu meter, serta dilengkapi alat pemutar. Setelah tong itu penuh sampah, kemudian disiram effective microorganism (EM) 4, sejenis bakteri pengurai. Bahan tersebut dengan mudah didapat di apotek atau toko obat. EM dicampur dengan sedikit air lalu dimasukkan ke dalam tumpukan sampah di tong. Supaya campurannya bisa rata, tong sampah tersebut diputar seperlunya, lalu didiamkan. Tong sampah dalam keadaan tertutup didiamkan selama 12 hari sampai 14 hari agar bisa terurai menjadi sampah organik. Setelah itu, tong sampah dibuka dan sampah yang tadinya berupa daun-daunan atau kertas, sudah berubah menjadi pupuk organik yang digunakan untuk menyuburkan tanaman. Kalau mau langsung digunakan untuk tanaman di rumah, pupuk organik tersebut bisa langsung digunakan. Tetapi, jika jumlahnya cukup banyak dan bisa dijual, dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik atau karung. "Untuk sementara, kami baru menggunakan pupuk hasil pengolahan sampah ini untuk tanaman di pot-pot bunga di rumah masing-masing. Rencananya, kalau produksinya sudah banyak, akan kami jual ke masyarakat sekitar,'' tutur Mardian. Dia mengakui, teknologi tepat guna pengolahan sampah tersebut adalah hasil pembinaan dari PT Elnusa Group bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Trisakti. Untuk tahap awal, ada empat tong ajaib pengolah sampah. Masing-masing satu buah tong ditempatkan di RT 02 dan RT 04, dua lainnya di RT 03. Kesadaran Lingkungan Vice President Corporate Secretary PT Elnusa Group, Haris Syahrudin, yang ikut menyaksikan cara kerja tong ajaib pengolah sampah tersebut belum lama ini menjelaskan, teknologi tepat guna pengolahan sampah itu adalah bagian dari program pengembangan kemandirian masyarakat (P2KM). Program ini merupakan implementasi dari community development (CD). ''Selain membina warga kurang mampu di sekitar PT Elnusa dari segi ekonomi dan sosial, kita juga melakukan pembinaan untuk kelestarian lingkungan. Penerapan tekonologi pengolahan sampah yang bekerja sama dengan Universitas Trisakti ini adalah upaya membina kesadaran lingkungan warga,'' tuturnya. P2KM dari PT Elnusa kata dia, memang tidak berdiri sendiri. Selain diharapkan bisa mandiri secara ekonomi melalui pemberian dana bergulir untuk kegiatan usaha, P2KM juga menyadarkan masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan, bahkan diharapkan pula di antara peserta P2KM tumbuh rasa kesetiakawanan sosial. Ditambahkan, meskipun program pengolahan sampah itu menyangkut aspek lingkungan, tetapi diharapkan pula ada efek ekonominya. Misalnya, jika program pengolahan sampah itu berjalan lancar, warga bisa menghasilkan uang dari hasil penjualan pupuk organik dari sampah rumah tangga tersebut. Rencananya, pupuk organik hasil pengolahan sampah warga ini akan dibeli koperasi PT Elnusa dan selanjutnya dijual untuk keperluan pupuk di taman perusahaan. Bahkan, pupuk produksi warga itu dapat dijual kepada karyawan PT Elnusa untuk keperluan di rumah masing-masing. Teknologi pengolahan sampah ala warga Cilandak di sekitar PT Elnusa tersebut, memang sederhana, tetapi manfaatnya sangat besar. Dengan tong ajaib itu, warga bisa merawat lingkungannya dari kepungan sampah, sekaligus bisa menghasilkan uang. Walaupun sederhana, teknologi tepat guna tersebut patut dipertimbangkan warga lainnya, khususnya di daerah perkotaan atau kompleks perumahan, yang pusing mengurus sampah. Bahkan, pemerintah daerah atau kota bisa memikirkan pola penanganan sampah ala Cilandak tersebut. Siapa mau mencoba? [Pembaruan/Marselius Rombe Baan] Post Date : 12 September 2006 |