Bermula dari demam biogas, kini penduduk desa di lereng Semeru, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang tak tergantung lagi pada kayu bakar. Meski tak semua memiliki ternak sapi perah, penduduknya kini terbiasa memasak dari kompor dengan gas yang dihasilkan fermentasi kotoran ternak. Tengah tahun lalu, film sosial dokumenter yang mereka buat sendiri, mampu membuat mereka bangga pada desa, hutan dan lingkungan sekitarnya. Belakangan, seperti desa lainnya, gaung semangat konversi minyak tanah ke gas pun amat terasa di Argosari. Tabung gas hijau kekuningan BLT (Bantuan Langsung Tunai) seberat tiga kilogram terlihat hampir setiap rumah penduduk.
Juga seperti di hampir semua tempat di seluruh negeri, distribusi gas eceran ini kerap tersendat atau bahkan beberapa saat menghilang dari pasar. Harga, jangan ditanya. Menjawab kondisi anomali diatas, Nanang dan Slamet Djahroni tertantang untuk lebih kreatif. Dengan hanya bermodal Rp.600 ribu, anak muda mantan kamerawan dan sutradara film sosial dokumenter desa ini mempelopori satu riset, sederhana namun penting. Mengganti isi tabung gas elpiji Pertamina dengan gas methan dari fermentasi limbah ternak penduduk desa. “Ya, instalasi biogas memang ramai disini. Tapi tak semua penduduk punya sapi. Sama, hampir tiap rumah punya tabung gas BLT, tapi dengan apa kami mengisi?” cetus Nanang gusar. Dua pertanyaan dan kegusaran kedua alumni sekolah lapangan ESP itulah yang mendasari riset.
Alur kerja yang mereka impikan sederhana saja. Mencangkok teknologi sederhana yang kerap dipakai pereparasi pengatur udara ruang (AC) yang dapat dipakai menguras dan mengisi gas freon. Kompresor mini mereka gunakan untuk mengosongkan udara dalam tabung gas. Dengan alat itu pula tabung mereka isi dengan gas methan (biogas). Alat dirangkai. Kompresor mini, kran dan beberapa pipa ukuran tertentu disambungkan untuk membersihkan dan kemudia diisi gas methan. Satu alat penting yang diperlukan Nanang dan beberapa kawan, manometer, yang berguna mengukur tekanan. “Takut meledak,” jelas mereka. Hasilnya, tabung yang mereka isi dengan gas methan selama 4 menit mampu menghasilkan gas bertekanan 110 psi. Dari ukuran itu, tabung gas BLT mampu memasok nyala api kompor selama 30 menit. “Masih harus disempurnakan, riset ini belum selesai. Kita harus terus mencoba dan berdiskusi dengan banyak pihak, agar temuan sederhana ini lebih sempurna,” jelas Slamet gembira. Meski terbilang sederhana, upaya ini cukup menjanjikan, dan berguna bagi masyarakat luas. Ketersediaan gas yang murah dan mudah bagi penduduk Argosari semoga dapat lebih terjamin.
Buku : Peduli Sanitasi Kabupaten Malang, “Menuju Prioritas Percepatan Pembangunan Sanitasi”. (ESP – USAID) http://www.esp.or.id
Post Date : 19 Agustus 2009
|