|
Yogyakarta, Kompas - Tarif dasar pelanggan PDAM Tirta Marta naik mulai 1 Maret. Selain disebabkan biaya operasional yang meningkat, alasan kenaikan karena daerah lain sudah melakukan hal yang sama. "Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri, tarif dasar air harus ditinjau setiap dua tahun. Untuk Kota Yogyakarta, sebenarnya itu dilakukan tahun 2006 lalu, tetapi ditunda karena gempa," kata Dachron Saleh, Direktur Utama PDAM Tirta Marta, Rabu (28/2). Direncanakan, pada awal September tarif akan dinaikkan lagi. Tarif baru dikenakan untuk kategori sosial, rumah tangga, instansi pemerintah, niaga, dan industri. Kategori sosial, seperti masjid dan gereja, tarif naik dari Rp 750 menjadi Rp 1.000 per meter kubik. Untuk rumah tangga, dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.250. Instansi pemerintah yang dulu tarifnya Rp 1.250 kini Rp 1.500. Niaga besar dan kecil, yang dulu Rp 4.250 dan Rp 2.125, sekarang Rp 5.300 dan Rp 2.600. Industri besar dan kecil, yang dulu Rp 4.675 dan Rp 3.000, kini Rp 5.800 dan Rp 4.000. Adapun untuk kategori pusat budaya, seperti keraton, tarif tetap Rp 25. "Kecuali harga air untuk pusat budaya, semua tarif ini akan naik lagi masing-masing Rp 250 pada 1 September. Kenaikan harga ini karena biaya operasional termasuk listrik yang juga naik. Meski demikian, saya rasa tarif kami masih murah," ujar Dachron. Di Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo tarif dasar air PDAM Rp 2.000, Rp 1.700, Rp 1.250, dan Rp 1.000 per meter kubik. Terkumpul Untuk mengurangi kerugian, PDAM masih tetap melakukan sistem subsidi silang. Harga produksi air PDAM Tirta Marta saat ini Rp 1.756 per meter kubik. "Selain karena adanya subsidi silang antarpelanggan, alasan mengapa harga air kami bisa ditekan hingga angka yang jauh di bawah biaya produksi itu karena pelanggan banyak terkumpul di satu wilayah yang tidak terlalu luas. Ini berbeda dengan kabupaten lain," tuturnya. Saat ini PDAM Tirta Marta melayani 34.700 pelanggan dengan rincian 28.700 pelanggan di Kota Yogyakarta, 4.500 pelanggan di Kabupaten Sleman, dan 1.500 pelanggan di Kabupaten Bantul. PDAM mendapatkan sumber air dari 34 sumur dalam dan Umbul Wadon. "Sebenarnya pada musim hujan produksi air kami pas-pasan saja jika untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Sehingga, pada musim kemarau air mengalir lebih sedikit. Warga biasanya menyiasati dengan juga membuat sumur," papar Dachron. (PRA) Post Date : 01 Maret 2007 |