Tarif PAM Bisa Tidak Dinaikkan

Sumber:Kompas - 03 Juli 2009
Kategori:Air Minum

Jakarta, Kompas - Badan Regulator Pelayanan Air Minum atau BR PAM akhirnya menurunkan tingkat pengembalian investasi yang diusulkan kedua operator PAM Jaya. Penurunan ini berdampak langsung pada penurunan imbal air yang diusulkan operator dan dapat berdampak pada tidak perlu dinaikkannya tarif pelanggan.

Kepala BR PAM Irzal Jamal, Kamis (2/7) di Jakarta Pusat, mengatakan, tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) yang diusulkan oleh PT PAM Lyonnaisse Jaya dan PT Aetra Air Jakarta adalah 22 persen. Namun, BR PAM menurunkan IRR menjadi 18 persen.

Penurunan IRR didasarkan pada kajian Fakultas Ekonomi UI yang menyatakan, IRR yang paling cocok adalah 14,68 persen dan audit BPKP terhadap proyeksi finansial kedua operator menyatakan IRR yang ideal antara 14-18 persen.

IRR yang digunakan Aquatico membangun perusahaan air minum di Kabupaten Tangerang juga hanya 14,8 persen. Aquatico adalah induk PT Aetra Air Jakarta. Penurunan IRR berdampak pada besaran imbal air yang diajukan kedua operator, yang mengusulkan Rp 7.020 per meter kubik.

Dengan diturunkannya IRR, imbal air bagi kedua operator dapat diturunkan Rp 1.200 menjadi Rp 5.820 per meter kubik. Imbal air merupakan salah satu komponen yang paling menentukan dalam penyusunan tarif air bersih bagi pelanggan, selain pembayaran utang bagi kedua operator. Menurut Irzal, jika imbal air turun dan utang pemerintah pada kedua operator boleh dibayar dengan cara dicicil, tarif air bersih bagi pelanggan tidak perlu dinaikkan. Namun, utang pemerintah yang mencapai Rp 350 miliar harus segera dibayar untuk memperbaiki kinerja keuangan kedua operator.

Saluran Jatiluhur

Sementara itu, Pemprov DKI akan melakukan studi kelayakan proyek saluran perpipaan instalasi pengolahan air (IPA) dari Bendungan Jatiluhur hingga ke pipa produksi untuk kedua operator air minum Kota Jakarta.

Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sarwo Handayani mengatakan, saluran pipa tertutup senilai sekitar Rp 1,5 triliun diperlukan untuk menjamin kualitas dan kuantitas air baku yang sampai ke Jakarta. Selama ini kualitas air baku yang sampai ke Jakarta hampir selalu buruk karena bertabrakan dengan Kali Bekasi.

Di sisi lain, pasokan air ke Jakarta di musim kemarau juga tidak stabil karena air dari saluran terbuka yang ada sering diambil untuk irigasi. (ECA)



Post Date : 03 Juli 2009