|
JAKARTA: Ketua Komisi D DPRD DKI Sayogo Hendrosubroto (F-PDIP) menyatakan tarif air bersih di Jakarta dinilai belum saatnya naik kendati biaya produksinya terus meningkat akibat kualitas air baku dari saluran Tarum Barat cenderung semakin buruk. Dia menegaskan dua operator air bersih di Ibu Kota, PT Aetra Air Jakarta (Aetra) dan PT Pam Lyonaisse Jaya (Palyja) juta tidak dapat memanfaatkan kondisi air baku tersebut sebagai dalih untuk menunda pencapaian target peningkatan kualitas pelayanannya kepada konsumen. "Kenaikan biaya produksi merupakan salah satu komponen dalam menetapkan besar kecilnya tarif air bersih. Namun, tidak berarti operator dapat menggunakan dalih kenaikan biaya produksi untuk menaikkan tarif air," katanya di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk menaikkan tarif air bersih, karena Aetra dan Palyja sedang melaksanakan upaya mencapai target kualitas pelayanan pada pelanggan a.l. dengan menekan tingkat kebocoran. Tahun lalu, kebocoran di Aetra mencapai sekitar 51% dan Palyja 46%. Dua mitra kerja Perusahaan Daerah Air Minum DKI itu menargetkan akan menekan tingkat kebocoran menjadi 45% untuk Aetra dan Palyja 40% pada 2008. Belum maksimal Menurut Sayogo, Aetra dan Palyja belum maksimal memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak untuk menambah investasi peningkatan kualitas produk, cakupan jaringan dan pelayanan. Investasi itu, lanjutnya, termasuk mengusahakan terjaminnya volume dan kualitas pasokan air baku di saluran Tarum Barat yang bersumber dari Bendungan Jatiluhur di Purwakarta Jawa Barat. "Jadi bukan dengan menaikkan tarif, karena itu sudah ada mekanismenya," kata Sayogo. Ketua Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Irzal Z. Djamal sebelumnya mengatakan menurunnya kualitas air baku saluran Tarum Barat itu sebagai dampak dari perkembangan pembangunan pemukiman penduduk dan industri di kawasan sepanjang saluran. Kualitas air baku semakin buruk akibat limbah yang dibuang ke saluran Tarum Barat itu akan mendongkrak biaya produksi air bersih menjadi semakin membengkak. Akibatnya, pengelola air bersih di Jakarta, Aetra dan Palyja, harus mengeluarkan biaya ekstra untuk proses produksi. Pada bagian lain, Irzal mengungkapkan penyusunan target perusahaan lima tahunan antara PDAM DKI dengan Aetra dan Palyja ditargetkan rampung akhir Oktober 2008. Nurudin Abdullah Post Date : 21 Oktober 2008 |