|
JAKARTA, KOMPAS - Banjir menjadi kejadian yang rutin melanda DKI Jakarta setiap tahun. Kondisi ini sering kali diperparah dengan meningkatnya volume air sungai dari daerah hulu. Apalagi ada 12 sungai yang bermuara di Jakarta. Untuk menekan banjir kiriman di Jakarta, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merintis penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca. Caranya dengan mendirikan menara Ground Based Generator (GBG) di bagian hulu sungai di Gunung Mas dan Sentul Bogor, jelas Dr Asep Karsidi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT. Menara setinggi 50 meter itu pada puncaknya diberi tabung penyebar partikel sebagai pengganggu awan. Dengan begitu awan akan cepat runtuh menjadi hujan sebelum sempat membesar menjadi awan kumulo-nimbus yang menjulang tinggi. Awan ini sumber hujan lebat yang berpotensi menimbulkan banjir. Hujan deras mengakibatkan aliran sungai melimpas menimbulkan banjir. Hujan dengan intensitas tinggi juga berpotensi memicu longsor di lereng. Modifikasi cuaca di wilayah hulu DAS Ciliwung bertujuan mengurangi intensitas hujan. Untuk itu menara di lereng gunung menyemai awan sehingga hujan turun lebih awal dengan intensitas rendah. Karena menara GBG bersifat statis, sedangkan awan sangat dinamis, maka tidak cukup dipasang satu menara. Jumlah menara harus disesuaikan dengan luas daerah hulu. Menurut Asep, untuk wilayah DAS Ciliwung yang berada di lereng utara Gunung Gede Pangrango telah berdiri lima unit menara GBG. Rencananya akan dibangun lima unit lagi yang akan dioperasikan secara serentak untuk mengatasi banjir di Jakarta tahun ini. Menurut dia, idealnya di daerah itu ada 20 menara GBG. Rencana pembangunan ini telah dipresentasikan di DPRD DKI untuk mendapat dukungan dana. Cara kerja GBG Teknologi GBG dikembangkan dengan melihat topografi dan pola arah angin lembah, yaitu angin lokal yang berembus ke atas pegunungan selama siang hari mengikuti kemiringan permukaan gunung. Dengan begitu, partikel yang disebarkan dari puncak menara dapat masuk ke dalam dasar awan. Penyebaran partikel kondensasi ini dilepaskan dari menara dengan cara membakar bahan semai padat berbentuk tabung. Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai bahan penyemai antara lain adalah bahan penghasil karbon seperti damar, karet, atau lateks. Selain itu dapat dicampur dengan material higroskopis yang menyerap air seperti garam dan sulfur, jelas Baginda Patar Sitorus, perancang sistem itu, yang dihubungi terpisah. Agar asap partikel ini sampai ke sasaran, maka harus dipilih lokasi yang bebas dari pengaruh efek turbulensi permukaan. Di dalam awan, partikel ini berfungsi menambah kondensat sehingga terjadi proses tumbukan dan penggabungan antara butir-butir air di dalam awan. Dengan adanya partikel itu pembesaran butir air di dalam awan terus dipacu sehingga hujan terjadi lebih cepat dibandingkan bila dibiarkan berlangsung secara alami, jelasnya. Bila tanpa perlakuan sel-sel awan akan bergabung hingga membesar menghasilkan hujan lebat dalam waktu singkat atau intensitas tinggi. (YUN) Post Date : 21 Februari 2006 |