Tasikmalaya, Kompas - Sedikitnya 250 rumah di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, sejak Minggu malam terendam banjir. Hal itu dipicu jebolnya dua tanggul di aliran Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy.
”Rumah saya sempat terendam banjir setinggi 1 meter,” ujar Ujang (40), warga Tanjungsari, Senin (28/1). Banjir memang mulai surut pada Senin pagi.
Ujang mengakui, sejak dua bulan terakhir hujan selalu turun di Sukaresik. Hal itu membuat debit air Sungai Cikidang dan Citanduy meningkat. Dua tanggul itu jebol karena tidak bisa menahan penambahan debit air. Dua kampung terparah terendam banjir adalah Banjarsari dan Bojongsobang.
Banjir juga merendam sekitar 80 hektar sawah dan kolam ikan milik warga. Akibatnya, menurut Obin (46), warga lainnya, sawah terancam gagal panen dan ikan banyak yang hanyut. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya Kundang Sodikin mengatakan, kerusakan tanggul sepanjang 50 meter dengan lebar sekitar 80 sentimeter. Tak ada korban jiwa akibat kejadian ini. Tanggul yang jebol sementara ditutup dengan karung pasir.
Menurut Kundang, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya telah membagikan makanan dan air bersih kepada warga yang mengungsi ke tetangga dan kerabatnya. Kebutuhan air bersih sangat vital karena ratusan sumur milik warga bercampur air bah.
Di Kota Cirebon, Jabar, Minggu malam, Sungai Dradjat di Kecamatan Harjamukti meluap pula. Akibatnya, sekitar 100 keluarga di Kecamatan Kesambi dan Harjamukti terendam banjir. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi 11 rumah di Harjamukti rusak.
”Minggu pukul 20.00, saya sedang menyuapi cucu saat air menghantam dinding rumah dari belakang. Kami sekeluarga langsung lari ke luar rumah, khawatir rumah roboh,” kata Taswi (50), warga Kecapi, Harjamukti, yang rumah semi-permanennya roboh dihantam luapan air sungai.
Rumah Taswi berbatasan langsung dengan sungai. ”Segala perabotan dan surat penting hilang,” paparnya. Kondisi serupa dialami Farida (23) yang sebagian tembok rumahnya hancur terkena terjangan air.
Farida mengatakan, baru pertama kali ini Sungai Dradjat meluap hebat. Ia mengakui, selama ini kawasan yang berdekatan dengan sungai itu sering dilanda banjir, tetapi cepat surut.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Hasanudin Manap menuturkan, kerugian akibat banjir itu belum bisa dihitung. Sejumlah tindakan dilakukan untuk menghindari banjir susulan.
Bengawan Solo
Dari Jawa Timur dilaporkan, puluhan rumah di bantaran Bengawan Solo, mulai dari Keluarahan Jetak, Ledokkulon, dan Banjarjo, Kabupaten Bojonegoro, rawan longsor, selain sering dilanda banjir. Selama Januari ini sedikitnya 11 rumah rusak sebab tanah bantaran sungai longsor.
Terakhir, Kamis lalu, delapan rumah warga di Banjarjo kritis setelah tebing Bengawan Solo ambrol. Kepala Desa Jetak Kusminto Tri Bawono menjelaskan, survei tahun lalu sedikitnya 41 rumah di bantaran Sungai Bengawan Solo di wilayahnya rawan longsor dan tujuh rumah waspada longsor. Rumah itu hanya berjarak sekitar 2 meter dari bibir sungai yang tergerus.
Sementara prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangkaraya, Alfon Sefriando, Senin, menegaskan, banjir masih berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan Tengah, terutama di bagian selatan. Karena itu, masyarakat diimbau tetap waspada. Potensi itu disebabkan hujan berintensitas sedang.
Hujan intensitas sedang ditandai dengan angin berkecepatan 20-40 kilometer per jam. Banjir berpotensi terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, dan Pulang Pisau. ”Potensi berkurang pada Maret 2013 dan meningkat lagi April mendatang,” ujar Alfon.
Di Jabar, menurut Sekretaris BPBD Kabupaten Sukabumi Tatang, status siaga bencana di kabupaten itu ditetapkan selama empat bulan hingga 21 April 2013. ”Penetapan status ini untuk menindaklanjuti kebijakan Pemerintah Provinsi Jabar yang telah lebih dahulu menetapkan status siaga darurat bencana hingga 16 April,” katanya. (che/bay/REK/HEI/ACI/GRE)
Post Date : 29 Januari 2013
|