|
TULUNGAGUNG- Hujan deras selama dua hari berturut-turut menyebabkan banjir di empat desa di Kecamatan Kalidawir. Empat titik tanggung Sungai Kalidawir jebol. Dua rumah rusak total lantaran terkena terjangan air Sungai Kalidawir yang meluber. Empat desa yang terkena banjir adalah Kalidawir, Karangtalun, Jabon, dan Tunggangri. Tanggul Sungai Kalidawir di empat desa itu lah yang jebol. Ratusan hektare tanaman jagung yang siap panen, terendam air. Banjir terparah di Desa Kalidawir. Dua rumah yang rusak total milik Mudjiarto, 30, dan Sugiatmoko, 37, yang terbuat dari gedhek. Keduanya bertempat tinggal persis di samping tanggul yang jebol. Tanggul yang dibangun dengan dana sekitar Rp 800 juta itu tidak kuat menahan volume air sungai yang datang dari hutan Pucanglaban dan Tanggungunung. Jebolnya sepanjang lima meter. Dapur milik Sugiatmoko roboh lantaran tidak kuasa menahan arus air yang beraliran deras. Di dalam rumah digenangi lumpur setinggi 30 sentimeter. Warga hanya menggunakan cangkul dan alat seadanya untuk mengeluarkan lumpur dari dalam rumah. Perabotan yang terletak di dalam rumah tidak bisa diselamatkan. Rusak gara-gara terkena genangan air. "Isinya sudah habis. Mulai dari sertifikat, SIM, dan pakaian. Tapi tidak apa-apa yang penting tidak ada yang meninggal. Rumah saya rusak total," kata Sugiatmoko, ditemui usai membersihkan lumpur di rumahnya. Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai korban jiwa dalam peristiwa alam tersebut. Kendati demikian, kerugian material tidak bisa dihindari. Diperkirakan Rp 150 juta. Terdiri dari rumah Mudjiarto dan Sugiatmoko yang sudah tidak terbentuk lagi. Selain itu, banjir juga menggenangi puluhan hektar ladang jagung yang siapa panen milik warga setempat. Jembatan di Desa Tunggangri juga putus. Pondasi jembatan yang melintas di atas Sungai Kalidawir itu ambles. Sebagian beton penopang jembatan juga lenyap entah kemana. Mungkin disapu aliran air yang deras itu. Air pun meluber ke pekarangan dan rumah warga Desa Tunggangri. Meski begitu, sekitar pukul 10.00 air sudah surut. Namun jalan dipenuhi lumpur. Berbahaya jika dilewati naik motor, misalnya. Warga yang ingin keluar dari Desa Tunggangri harus memutar balik sepanjang dua kilometer. Hingga kini warga di empat desa tersebut mengaku waswas. Pasalnya, curah hujan yang turun selama dua hari berturut-turut itu belum terlalu deras. "Itu sih masih tletik (rintik-rintik, Red). Coba kalau hujan deras, bagaimana nasib kami?" ujar Sutadji, warga sekitar. Sutadji menduga, banjir disebabkan gundulnya hutan jati di Pucanglaban dan Tanggunggung. Kini warga yang paling menderita. Sementara itu, Bupati Tulungagung Heru Tjahjono merespon banjir di Kecamatan Kalidawir. Kemarin, mantan kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Prasarana Permukiman Wilayah itu turun langsung meninjau tempat-tempat yang rusak akibat amukan air. Didampingi muspida, orang nomor satu di Pemkab Tulungagung berbincang-bincang dengan salah satu korban banjir. Yakni Mudjiarto. Mudjiarto langsung sambat ke Heru tentang harta bendanya yang hilang. Seperti uang Rp 300 ribu dan perabotan rumah tangga. Heru merogok koceknya untuk mengganti uang Mudjiarto yang hilang. "Pak Mudjiarto terharu begitu ditinjau Bupati Heru. Dan uang yang katanya hilang sebesar Rp 300 ribu diganti langsung," kata Kepala Kantor Infokom Ahmad Pitoyo yang ikut rombongan. Jika tidak ada aral melintang, hari ini di kantor Kecamatan Kalidawir bakal digelar pengobatan gratis. Pengobatan dilakukan oleh tim medis dari Dinkes Tulungagung dan puskesmas terdekat. Selain pengobatan juga diberikan bantuan berupa beras, mi instant dan baju layak pakai. "Yang jelas untuk kali pertama, berupa makanan dulu, yang lainnya menyusul. Karena kebutuhannya mendadak," jelasnya. Pitoyo juga mengetuk hati para dermawan yang ingin menyumbangkan harta bendanya kepada korban banjir. Diharapkan dermawan menghubungi kantor Infokom guna dilakukan koordinasi. "Ini sebagai rasa peduli terhadap sesama orang yang tertimpa musibah," harapnya. (ziz) Post Date : 12 Desember 2005 |