SELAIN masalah banjir dan macet yang tak kunjung teratasi, sampah juga persoalan sangat serius di ibu kota. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dituntut mampu segera menyelesaikannya sebelum dampak lingkungan yang dihasilkan makin parah dan akut.
Itulah kesimpulan yang dapat dirangkum dalam talkshow yang diselenggarakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dengan warga ibu kota di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (30/10).
Menurut anggota DPRD DKI Agung Haryono, dengan volume mencapai 6.000 meter kubik setiap hari, masalah sampah dapat berdampak lingkungan yang juga sangat serius berupa kerusakan lingkungan. Tentu juga, juga terhadap kesehatan warga.
Fakta, masalah sampah juga memiliki kontribusi besar terhadap masalah banjir Jakarta. Maka itu, anggota Komisi D DPRD DKI ini menegaskan, diperlukan keseriusan dari berbagai pihak untuk mencari solusinya. Yang paling bertanggung jawab tentu saja Pemprov DKI Jakarta sebagai pemangku kebijakan di ibu kota.
"Pemprov DKI harus bekerja lebih keras dalam menangani sampah. Harus ada terobosan dalam menangani masalah sampah di ibu kota agar upaya yang dilakukan bisa lebih efektif," kata Agung.
Agung menilai, berbagai upaya penanganan sampah yang dilakukan Pemprov DKI selama ini kurang efektif. Ia mengkritik, Pemprov DKI hanya sekadar mampu mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, menangani masalah sampah tidak sesederhana itu. “Harus dilakukan secara komprehensif,” katanya.
Menurut politikus Partai Demokrat ini, diperlukan terobosan pola pikir dan alternatif pengelolaan. Sistem menumpuk sampah di satu tempat selama ini tidak boleh lagi dijadikan sebagai satu-satunya cara. Jika DKI hanya bertumpu pada sistem itu, akan muncul masalah yang lebih besar di kemudian hari. Bahkan saat ini saja penumpukan sampah terbukti menimbulkan masalah endemik pada lingkungan sekitar," katanya.
Menurutnya, perlu perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah. Volume sampah harus diminimalkan mulai dari masyarakat yang menghasilkannya. Untuk itu, sistem mendaur ulang semua limbah yang dibuang adalah jalan terbaik yang harus ditempuh.
Ia yakin, daur ulang secara drastis dapat mengurangi tekanan yang disebabkan sampah terhadap sumber daya alam (SDA) Jakarta. Contoh, sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Atau, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) untuk mengembalikan nutrisi yang dibutuhkan tanah.
“Sistem penanganan sampah organik yang baik merupakan komponen terpenting dari sistem penanganan sampah kota. Untuk mewujudkannya, Pemprov DKI harus bisa memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat di tiap kelurahan," kata Agung.
Sedangkan Mohamad Sanusi, anggota DPRD DKI bidang Pembangunan lainnya mengatakan, sangat penting mengubah pola pikir masyarakat yang terbiasa menyederhanakan persoalan sampah. Sebab, kebiasaan membuang sampah menjadi limbah yang tercampur, seperti yang biasa dilakukan mayoritas warga Jakarta, dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan. "Budaya membuang sampah sembarangan harus segera dihilangkan," kata Sanusi. Abdul Razak
Post Date : 01 November 2010
|