Jakarta, Kompas - Rencana induk pengelolaan sampah di DKI Jakarta mendesak untuk dibuat dalam rangka menghindari penumpukan sampah tanpa ada pengelolaan yang jelas. Apalagi, jumlah sampah dipastikan bertambah seiring dengan penambahan penduduk.
Dengan jumlah penduduk sekitar 9,5 juta orang dan sekitar 2 juta warga komuter, volume sampah yang dihasilkan DKI Jakarta sekitar 6.500 ton per hari. Ditaksir, setiap orang menghasilkan sampah 0,5 kilogram per hari.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna, Rabu (15/9), memperkirakan volume sampah tahun 2030 mencapai 9.200 ton per hari. Sementara Badan Pusat Statistik menaksir jumlah penduduk Jakarta mencapai 11 juta jiwa pada tahun 2020.
Eko mengakui rencana induk pengelolaan sampah di Jakarta belum ada. Rencana induk ini akan dibuat bersamaan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010-2030.
”Sampai sekarang memang belum ada rencana induk pengelolaan sampah karena rencana induk ini akan dilekatkan dengan RTRW Jakarta,” papar Eko.
Pengamat persampahan DKI Jakarta, Sri Bebassari, mengatakan, saat ini Jakarta baru memiliki review tahun 2005 atas rencana induk persampahan tahun 1987. Namun, belum ada strategi yang lebih jitu untuk mengelola volume sampah di Jakarta. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana induk untuk mengatur pengelolaan sampah 20 tahun ke depan.
”Adanya pertambahan penduduk setiap tahun, volume sampah yang dibuang pasti bertambah. Jadi, perlu manajemen pengelolaan sampah,” kata Sri.
Rencana induk pengelolaan sampah ini diharapkan juga mengatur proses pengolahan sampah mulai dari tiap rumah tangga sehingga setiap orang dilibatkan dalam mengatasi pertambahan sampah.
Selama ini, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Jakarta dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan sangat sedikit sampah yang diolah.
Tujuh persen
Dari sampah yang dihasilkan di seluruh wilayah DKI Jakarta sekarang, baru 7 persen yang diolah. Sejumlah 93 persen sampah yang lainnya masih dibuang ke TPA.
”Tahun 2012, kami menargetkan 10 persen sampah sudah diolah masyarakat. Artinya, ada penambahan jumlah sampah yang dikelola 1 persen per tahun,” papar Eko Bharuna.
Pemprov DKI Jakarta menargetkan dua tempat pengelolaan sampah di luar kota. Di bagian timur, sampah diolah di Bantar Gebang. Di bagian barat, sampah akan diolah di Ciangir. Saat ini, TPA Bantar Gebang sudah mulai mengolah sebagian sampah yang dibuang ke situ menjadi tenaga penghasil listrik.
Sementara di dalam kota terdapat tiga tempat pengelolaan sampah, yakni Cakung-Cilincing, Sunter-Ancol, dan Marunda.
Naik-turun volume sampah sangat berkaitan dengan jumlah penduduk. Saat libur Lebaran lalu, volume sampah harian di Jakarta merosot hingga tinggal 4.700 ton per hari. Penurunan jumlah sampah berkaitan dengan banyaknya warga yang mudik dan perkantoran yang libur.
Namun, ada pula tambahan sampah yang dihasilkan saat libur Lebaran, yakni sampah yang berasal dari tempat-tempat rekreasi. Alhasil, jumlah sampah yang ditimbulkan mencapai 6.700 ton per hari. (ART)
Post Date : 16 September 2010
|