|
Jakarta, Kompas - Usul kenaikan tarif air bersih sebesar 20 persen yang diajukan PT PAM Lyonnaise Jaya, operator PAM Jaya, dinilai tidak pantas oleh beberapa pihak. Kedua operator PAM Jaya sudah mendapat keuntungan dari produksi dan distribusi air bersih selama bertahun-tahun sehingga dapat dialokasikan untuk investasi. Direktur Amrta Institute for Water Literacy Nila Ardhianie, Senin (15/12) di Jakarta Pusat, mengatakan, pada periode 2005-2007, PT Palyja mampu membukukan laba bersih Rp 253,857 miliar. Selama periode itu, laba PT Palyja terus mengalami kenaikan karena kinerja perusahaan semakin baik dan pelanggan membayar lebih besar dari biaya operasional. Dengan kondisi itu, pemilik saham seharusnya mau menyisihkan sebagian keuntungan untuk diinvestasikan. Sebaliknya, pelanggan sebaiknya hanya dibebani biaya operasional. ”Tidak pantas menarik dana lebih besar dari pelanggan untuk investasi. Pemilik seharusnya tidak hanya menerima dividen, tetapi juga menambah modal untuk investasi,” kata Nila. Sebelumnya, Komisaris PT Palyja Bernard Lafrogne mengatakan, pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp 200 miliar untuk investasi dalam perbaikan dan penggantian jaringan pipa. Untuk itu, PT Palyja mengusulkan kenaikan tarif sampai 20 persen, sesuai inflasi 2 tahun plus tarif tidak naik selama 2 tahun terakhir. YLKI menolak Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Indah Suksmaningsih juga tidak setuju dengan kenaikan tarif itu. Indah mengatakan, meskipun tarif tidak naik, pendapatan kedua operator PAM Jaya, PT Palyja dan PT Aetra, tetap naik. Kenaikan pendapatan itu salah satunya dihasilkan dari menaikkan golongan pelanggan. Dengan demikian, tarif yang dikenakan ikut naik sehingga sistem ini dikeluhkan oleh banyak pelanggan air bersih. Menurut Indah, daripada menaikkan tarif untuk berinvestasi pada jaringan baru, kedua operator itu seharusnya berkonsentrasi menurunkan tingkat kebocoran. Penurunan kebocoran 1 persen saja akan berpengaruh sangat besar terhadap pendapatan operator. ”Tarif air bersih di Jakarta paling tinggi se-Asia Tenggara sehingga tidak pantas dinaikkan lagi. Apalagi kualitas airnya masih sebatas air bersih, bukan air minum,” kata Indah. (ECA) Post Date : 16 Desember 2008 |