|
BALI, KOMPAS.com - Mengacu pada target MDGs tujuan ke 7 di mana setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, maka semua negara harus dapat mengurangi separuh proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan pada air minum yang aman dan sanitasi dasar di tahun 2015. Begitu pula halnya dengan Indonesia yang harus mencapai target MDGs pada tahun 2015 nanti. Langkah Indonesia akan terasa lebih berat karena berdasarkan data, posisi Indonesia dari target MDGs masih jauh. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, untuk target MDGs masalah sanitasi, Indonesia berada pada posisi pencapaian 55,6 persen dari target 62,41 persen. Sedangkan untuk target MDGs masalah air minum, Indonesia baru mencapai 42,76 persen dari trget MDGs 68,8 persen. Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Dedy S.Priatna mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya saat ini tengah berupaya melakukan percepatan pembangunan sanitasi permukiman (PPSN). Salah satu usahanya, pemerintah pun mencanangkan tahun 2014 nanti Indonesia bebas buang air besar (BAB) sembarangan. "Tahun 2009 kita baru bebas BAB sembarangan 70 persen. Pemerintah menargetkan 30 persen sisanya tuntas di tahun 2014," ujarnya saat mendampingi Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi seusai acara pembukaan East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) III yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Senin (10/9/2012) sampai Rabu (12/9/2012). Menkes Nafsiah menggaris bawahi pentingnya ketersediaan jamban di pemukiman penduduk. Kesadaran masyarakat untuk membuang air besar di jamban bisa dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya, sejumlah besar keluarga tidak memiliki akses fasilitas sanitasi seperti jamban, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengaruh sanitasi dan air minum pada kesehatan, perilaku yang tidak mendukung hidup bersih dan sehat, serta tingkat perekonomian masyarakat yang tidak mampu membangun fasilitas sanitasi memadai. Menurut Nafsiah, peranan jamban memiliki kaitan yang sangat luas. Kalau semua orang BAB pada tempatnya maka bisa mengurangi penyakit diare. Sehingga menurunkan risiko penyakit ini sampai 90 persen. "Tak kalah pentingnya adalah perubahan perilaku masyarakat. Saya pernah mendapati, ada masyarakat yang tidak mau menggunakan jamban padahal sudah dibuatkan pemerintah. Alasannya, mereka menyayangkan jika jamban tersebut berubah menjadi kotor karena dipakai," ujarnya. Natalia Ririh Post Date : 10 September 2012 |