|
Jakarta, Kompas - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan akan menormalisasi 13 sungai yang mengaliri Ibu Kota, khususnya pengerukan endapan sampah dan lumpur, pada tahun 2010. Proyek ini dilakukan pasca-proyek Banjir Kanal Timur yang ditargetkan selesai pada tahun 2009. ”Ini adalah upaya pemerintah untuk membebaskan Jakarta dari banjir. Pengerukan 13 sungai ini akan mendapat bantuan dari Bank Dunia,” kata Wakil Gubernur DKI Prijanto saat membuka Pekan Milad Ke-80 Persatuan Tarbiyah Islamiyah, sekaligus meresmikan bazar dan pasar murah sembako di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/5). Prijanto menambahkan, ia mengucapkan terima kasih kepada warga Ibu Kota yang telah merelakan tanahnya dibebaskan untuk proyek Banjir Kanal Timur (BKT). Bagi yang belum dimohon segera menyelesaikannya karena ini menyangkut keselamatan hidup semua warga Jakarta. Sedikitnya 21.000 hektar kawasan Jakarta akan bebas banjir jika BKT berfungsi. Selain BKT dan normalisasi sungai, sistem drainase di seluruh penjuru Jakarta juga akan diperbaiki. Selama ini, buruknya sistem drainase di permukiman dan di ruas-ruas jalan dituding sebagai penyebab terjadinya banjir lokal di kawasan-kawasan tertentu, seperti yang terjadi pada 1 Februari 2008. Namun, kata Prijanto, sumbatan sampah di saluran-saluran drainase dan sungai mencerminkan perilaku warga yang tidak peduli lingkungan. ”Jangan minta tidak banjir kalau perilaku kita sebagai warga masih suka seenaknya sendiri buang sampah sembarangan, di selokan dan sungai,” katanya. Berdasarkan catatan Kompas, penyebab banjir di Jakarta selalu dikaitkan dengan gundulnya hutan di Bogor, Jawa Barat, yang seharusnya jadi kawasan tangkapan air. Selain itu, pendangkalan 13 sungai yang mengaliri Jakarta, sistem drainase di Ibu Kota yang buruk, serta perilaku warganya yang tak peduli lingkungan. Pengamat lingkungan Institut Teknologi Bandung The Houw Liong pernah menyebutkan bahwa banjir kanal di Jakarta hanya bertujuan jangka pendek. Dengan adanya banjir kanal tersebut, permukaan tanah Jakarta makin turun. Ketersediaan air tawar di musim kemarau juga akan kian menyusut. Menurut The Houw Liong, teror banjir air sungai mungkin tidak lagi terjadi ketika banjir kanal berfungsi. Akan tetapi, rob atau genangan laut pasang dan krisis air tawar akan menjadi teror baru di Jakarta di kemudian hari. (NEL) Post Date : 05 Mei 2008 |