|
SEBUAH tungku hitam sebesar bus metromini mengepulkan asap dari cerobongnya. Tungku itu dipakai untuk membakar sampah rumah tangga. Warga sekitar sering menyebutnya incenerator. Pemusnah sampah ini terdapat di RW 09 Perumahan Green Ville, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dengan sumber dana dari swadaya masyarakat mesin ini dibuat dan dioperasikan. Mesin pembakar sampah yang berpagar besi hijau ini dioperasikan oleh tiga pegawai dengan koordinator Wakil Ketua RW 09 Imam Darminto. Di salah satu dinding pos penjagaan lokasi pembakaran itu tertempel prasasti bertanda tangan Wali Kota Jakarta Barat. Dari prasasti diketahui lokasi itu diresmikan pada 12 Oktober 2002. Lantai dua pos itu dijadikan sebagai tempat istirahat pegawai. Dayat, salah seorang operator mesin, bersama dua temannya membakar sampah warga setempat tiga kali dalam seminggu; Senin, Rabu, dan Jumat, dengan kemampuan membakar 12 kubik sampah per hari. Awalnya, mesin dioperasikan setiap hari, namun karena keluhan warga sekitar, frekuensinya dikurangi. Apalagi tepat di sebelahnya terdapat sekolah. Mesin ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu tungku api dan saluran sampah. Tungku api dilengkapi cerobong asap di atasnya. Dengan bahan bakar minyak tanah 30 liter mesin ini sudah dapat berfungsi dari pukul 08.00 sampai 16.00. Saluran sampah berada di atas sepanjang kurang lebih lima meter. Untuk menuang sampah ke saluran itu disediakan tangga di menara rendah beratap. Lalu, sampah dialirkan menuju lubang pembakaran di atas bara api. Abu sisa pembakaran kemudian dikumpulkan di tempat terpisah. Menurut Dayat, tadinya direncanakan abu itu akan dijadikan pupuk, namun hal itu tidak bisa berjalan karena adanya pergantian koordinator operasi. Untuk mengumpulkan sampah warga, disiapkan 16 gerobak. Setiap gerobak rata-rata mengangkut 1,5 kubik sampah. Sebelum dibakar, sampah ditampung di dua bak di dekat mesin pembakar. Semula, berdasarkan rapat RW, warga diminta memilah-milah sampah rumah tangganya masing-masing. Sampah basah, kaca, dan plastik tidak boleh dibakar. Namun, belakangan, karena kurangnya tenaga operasional, semua jenis sampah dibakar. ''Idealnya, mesin itu dilengkapi penggiling untuk memeras sampah basah sebelum dibakar. Sebab, semakin basah sampah maka waktu pembakaran semakin lama dan kebutuhan bahan bakar semakin banyak,'' papar Dayat. Wakil Camat Kebon Jeruk Yanto Satyar mengungkapkan, di wilayahnya terdapat satu lagi mesin sejenis, yakni di Kelurahan Kedoya Utara, yang juga dibangun atas swadaya masyarakat. ''Belum ada kelurahan di Kecamatan Kebon Jeruk yang mendapat bantuan mesin dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat,'' tegasnya seraya berharap segera mendapat bantuan. Hal senada diungkapkan Wakil Lurah Kedoya Selatan Husin Syah, demi mengatasi masalah sampah di wilayahnya. Ia juga berharap ada donatur yang bersedia menanggung biaya operasi dan pengadaan lahan. Sementara itu, Wakil Lurah Kebon Jeruk Sajidin mengaku telah mendapat mesin pengolah sampah untuk diubah menjadi kompos dari Badan Pemberdayaan Masyarakat. Kini, mesin berwarna hijau lumut seukuran mesin pemarut kelapa itu berada di RW 07 Perumahan Kedoya Permai. Ketika Media mendatangi lokasi tersebut, mesin itu tampak terbengkalai di bawah pohon palem di pinggir jalan. Tidak ada pelindung yang menghindarkannya dari hujan dan panas matahari. Sedangkan mesin dieselnya berada di pos satpam perumahan yang terpisah sekitar 30 meter dari penggilingnya. Warga setempat mengaku tidak tahu kapan mesin itu akan dioperasikan. Padahal, jika mesin itu dioperasikan, dapat sedikit mengatasi masalah sampah di sekitarnya, dan sisa olahannya bisa menjadi produk hasil daur ulang. Marwan, ketua RW setempat, saat itu tengah bekerja sehingga Media tidak berhasil meminta keterangan darinya. Namun, menurut salah seorang satpam, mesin itu belum pernah dipakai karena buku petunjuk penggunaannya masih dipegang lurah. Nah, lo!(*/J-4) Post Date : 09 Agustus 2005 |