MADIUN - Sutini (50), berusaha mengambil air di sumur gali yang ada di samping rumahnya. Berkali kali, tangannya mengulur tali yang terhubung dengan timba yang berada di dasar sumur.
Setelah dirasa timbanya terisi air, dia pun menarik secara perlahan tali itu dari sumur. Tak berselang lama, timba berisi air itu sudah berada di bibir sumur.
Namun, air yang didapat ternyata hanya setengah timba. Itu pun, airnya keruh, berwarna kuning dan bercampur sedikit lumpur.
"Air sumur ini hanya bisa diambil pagi hari. Itu pun hanya lima timba. Sejak memasuki musim kemarau, sumur sumur gali di sini airnya banyak menyusut. Bahkan, banyak sumur warga lainnya yang kedalamannya hanya 20-50 meter, sudah mengering dan tak bisa diambil airnya lagi," ujar Sutini.
Sejak memasuki musim kemarau, Sutini dan ratusan warga lainnya yang tinggal di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, mengalami krisis air bersih. Kondisi serupa juga dialami oleh warga lainnya yang ada di Desa Jatirejo, Plumpungrejo, Wonoasri, dan Dawuhan, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun.
Ironisnya, warga yang mengalami krisis air bersih ini tinggal di dekat Waduk Dawuhan dan dekat hutan wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madiun. Sejak musim kemarau, air di Waduk Dawuhan terus menyusut. Bahkan, saat ini, ketinggian air di waduk tersebut hanya mencapai 1,53 meter. Air hanya terlihat seperti kolam kecil di tengah waduk.
Sedangkan, daerah penampang dan pinggiran waduk terlihat mengering. Bahkan, bisa dipakai untuk bermain bola. Padahal, waduk seluas 26 hektare itu pada saat normal bisa menampung air sebanyak 5,3 juta meter kubik dan mampu mengairi sawah dan lahan seluas 2.823 hektar.
Tak pelak, penderitaan yang dialami warga desa di dekat Waduk Dawuhan ini semakin parah. Selain kesulitan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan sehari hari, sawah dan tegalan tak mendapatkan air irigasi. Akibatnya, sawah dan tegalan pun tak mampu berproduksi dan dibiarkan telantar begitu saja.
Menurut Satiyem (42), warga Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, setiap memasuki musim kemarau, warga di desanya selalu kesulitan mendapatkan air bersih. Kondisi ini semakin parah dalam lima tahun terakhir ini.
"Sulitnya mendapatkan air bersih membuat kami sangat susah. Bagaimana tidak, kini untuk sekadar minum, memasak, mandi atau mencuci, kami harus menunggu datangnya air bersih yang dikirim dengan truk tangki PDAM," ujarnya.
Memang, dalam dua pekan terakhir, untuk mendapatkan air bersih, warga harus mengantre bantuan air bersih yang diberikan oleh pihak PDAM Kabupaten Madiun. Setiap hari, tiga truk PDAM berisi masing masing 4.000 liter air bersih mendistribusikan air bersih untuk warga. Secara bergiliran, petugas PDAM mengisi timba dan bak yang ditaruh di depan rumah warga yang ada di sepanjang jalan desa.
Sementara itu menurut Direktur PDAM Kabupaten Madiun, Subyantoro, pada tahun 2008 lalu, besarnya bantuan air bersih yang diberikan kepada warga yang mengalami krisis air bersih mencapai 580 ribu liter.
"Kami perkirakan tahun ini jumlah bantuan air bersih ke sejumlah wilayah krisis air akan bertambah hingga 200 rit selama musim kemarau tahun ini," ujarnya.
Dia menyatakan, peningkatan jumlah bantuan air bersih ini dipengaruhi oleh masa musim kemarau yang masih berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.
Sehingga diperkirakan sejumlah daerah di Kabupaten Madiun yang selama ini masuk dalam daerah merah atau yang disebut juga daerah rawan krisis air bersih semakin bertambah.
Daerah merah tersebut sumber airnya minim dan resapan airnya juga rendah. Sehingga, hampir setiap tahun pada saat musim kemarau selalu terjadi krisis air bersih. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Wonoasri, Gemarang, Wungu, Kare, dan Saradan. Subyantoro mengatakan, terjadinya krisis air bersih ini disebabkan oleh banyaknya sumber air yang telah mati di wilayah Kabupaten Madiun. Hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan ekosistem yang terganggu akibat ulah manusia.
Dia menyatakan, hingga kini pihak PDAM Kabupaten Madiun telah memberikan sedikitnya 24 ribu liter air setiap harinya untuk mengatasi krisis air bersih yang terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun.
Bantuan ini diberikan secara gratis atas permintaan warga yang dikoordinir oleh kepala desa dan camat setempat. Sejauh ini, bantuan air bersih tersebut diberikan di sejumlah wilayah yang mengalami krisis air bersih. Distribusi air bersih ini akan terus berlangsung hingga musim penghujan mendatang. (Muhammad Roqib/Koran SI/fit)
Post Date : 12 Oktober 2009
|