Surabaya Tidak Mungkin Bebas dari Banjir

Sumber:Kompas - 16 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Surabaya, Kompas - Kota Surabaya dan kota lainnya di Indonesia dinilai tidak mungkin benar-benar bebas dari banjir dan genangan air hujan. Sebab kesalahan masterplan pembangunan sistem drainase di Indonesia pada awalnya menggambarkan sistem yang tidak terintegrasi.

"Tidak mungkin ada kota di Indonesia yang benar-benar bebas genangan air hujan. Curah hujan di Indonesia selalu lebih besar dari daya tampung saluran yang kita miliki sejak zaman Belanda," kata pakar drainase perkotaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Ir Anggrahini, Senin (15/12) di Surabaya. Menurut Anggrahini, kebanyakan kesalahan sistem drainase di perkotaan merupakan saluran pembuangan yang tidak terintegrasi. Ia menjelaskan, saluran pembuangan yang baik seharusnya dilengkapi saluran primer (utama), saluran sekunder, dan saluran tersier yang saling terhubung.

Saluran primer merupakan hilir sungai atau boezem sebelum aliran sungai dibuang ke laut. Adapun saluran sekunder merupakan saluran kali yang membelah kota atau menjadi pembuangan dari saluran kecil (tersier).

Anggrahini menilai, saluran pembuangan di Surabaya masih memiliki kelemahan pada saluran tersier dan sekunder. Sebab, selokan perumahan kerap mampat dan tidak berfungsi.

Kali (sungai kecil) seperti Kalidami, Kalimas, dan Kalirungkut justru sering digunakan menjadi tempat pembuangan sampah.

Untuk mengubah perilaku masyarakat, membutuhkan waktu yang cukup panjang. Pengubahan sistem pembuangan di perkotaan harus sudah mulai diberdayakan, terutama bagi pengembang bangunan besar, seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran. "Mereka bisa membangun sumur tampungan yang berguna untuk menampung air hujan. Air itu harus mengantre hingga saluran sekunder kosong dan bisa dilalui air tampungan," tuturnya.

Sementara Capacity Building Advisor Bank Dunia Jan TL Yap mengatakan, selain perlu ada peruabahan sistem drainase perkotaan, perlu pula bimbingan edukasi kesadaran lingkungan pada warga perkotaan.

Banjir normal

Wali Kota Surabaya Bambang DH mengatakan, taraf banjir di Kota Surabaya senantiasa mengalami perbaikan (penurunan kualitas banjir). Dalam arti, wilayah rawan banjir Kota Surabaya semakin mengecil, baik dari wilayah, tinggi air tergenang, hingga lama pengendapan air.

"Kami terus melakukan normalisasi kali, gorong-gorong, membangun saringan sampah (mechanical screening), serta membangun rumah pompa dan boezem baru," kata Bambang.

Meski demikian, ia mengakui beberapa genangan air yang saat ini kerap menimpa Surabaya lantaran sebuah tanggul di Benowo jebol dan boezem Kalidami dihentikan sementara pengoperasiannya karena peristiwa ambruknya jembatan penyeberangan. (DEE)



Post Date : 16 Desember 2008