|
Surabaya, Kompas - Hujan deras yang mengguyur Surabaya selama dua jam, Kamis (8/1) sore, mengakibatkan sejumlah kawasan di kota terendam banjir. Akibatnya, penumpukan kendaraan terjadi hampir di setiap ruas jalan karena banyak pengendara kendaraan menghindari genangan air. Bahkan banyak kendaraan yang mogok terjebak di genangan. Berdasarkan pemantauan Kompas, hujan lebat melanda Kota Surabaya mulai pukul 14.30 hingga sekitar pukul 16.30. Hanya dalam waktu sekitar dua jam, beberapa titik Kota Surabaya langsung tergenang air. Ketinggian air minimal 30 sentimeter. Genangan air yang menyita hampir separuh badan jalan terlihat antara lain di Jalan Indragiri, Jalan Musi, Jalan Padmosusastro, Jalan Urip Sumoharjo (arah Jalan Basuki Rahmat), Ciliwung, Jalan Raya Darmo (depan Monumen Perjuangan Polri), Jalan Pahlawan, Jalan Pemuda, Jalan Manyar, Jalan Kertajaya, Jalan Raya Jemursari, Jalan Prapen, Jalan Raya Kendangsari hingga Jalan Raya Tenggilis, Jalan Raya Rungkut Industri, Jalan Rungkut Madya, Jalan Raya Kali Rungkut, Jalan Tenggilis Mejoyo, Jalan Bawean, dan Flores. Genangan air itu memaksa kendaraan mengurangi kecepatan saat melalui genangan air. Akibatnya, kemacetan terjadi di Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Raya Wonokromo (depan Masjid Al Falah) hingga Bundaran Waru. Begitu pula di Jalan Diponegoro serta pintu keluar tol di Kota Satelit dan Jalan Demak. Akibat genangan air pula, banyak kendaraan, baik sepeda motor, mobil, dan truk mogok. Di sepanjang Jalan Raya Jemursari, curah hujan tinggi menggenangi jalan dan menyebabkan Sungai Jemursari meluap. Deretan tanaman hias yang dipajang di sepanjang Jalan Raya Jemursari pun tergenang. Pompa penyedot Menanggapi hal itu, Pemerintah Kota Surabaya bersikeras tingkat genangan air di Surabaya masih dalam batas toleransi. "Genangan air di Surabaya itu masih berada pada tingkat normal, lama genangan maksimal dua jam dan tingkat ketinggian air di bawah 30 sentimeter," kata Wali Kota Surabaya Bambang DH. Menurut pakar drainase perkotaan dari Institut Sepuluh Nopember, Anggrahini, Surabaya dan kota lainnya di Indonesia tidak dimungkinkan untuk bebas banjir atau bebas genangan air. Sebab, rancangan besar sistem drainase perkotaan di Indonesia sudah mengalami kesalahan sejak awal pembentukannya. Kepala Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Sri Mulyono mengatakan, untuk mengurangi tingginya genangan air di sejumlah ruas jalan, pihaknya tengah menambah pompa penyedot air baru di Kebun Agung dan Wonorejo. "Total ada lima pompa dengan kapasitas yang ditambahkan, tiga pompa di Kebun Agung dan dua pompa di Wonorejo," kata Sri Mulyono. Dua pompa di Wonorejo memliki kapasitas penyedot masing-masing 2,5 meter kubik per detik, sedangkan tiga pompa di Kebun Agung masing-masing berkapasitas 1,5 meter kubik per detik. "Pompa ini berfungsi menyedot genangan air di wilayah Injoko (A. Yani) hingga Rungkut, menuju saluran pembuangan untuk kemudian dibuang melalui boezem Wonorejo," kata Sri Mulyono. Puncak musim hujan Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda memprediksi puncak musim hujan di Surabaya dan sekitarnya terjadi pada pertengahan Januari hingga awal Februari. Karena itu, masyarakat Surabaya harus mulai waspada terhadap ancaman banjir. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Juanda Endro Tjahjono mengungkapkan, selama awal musim hujan ini frekuensi hujan di Surabaya masih berkisar 19 kali per bulan. Namun, saat puncak musim hujan nanti naik hingga 22 kali per bulan. "Dari sisi curah hujan, kategori hujan akhir-akhir ini masih tergolong ringan hingga sedang, yaitu berkisar 20 milimeter hingga 50 milimeter per jam. Pada puncak musim hujan, curah hujan akan naik di atas 50 milimeter per jam," ujarnya kemarin di Surabaya. Untuk itu, masyarakat Surabaya perlu melakukan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya banjir dalam skala lebih besar. Karena, frekuensi hujan yang lebih banyak serta curah hujan yang lebih berpeluang tinggi menimbulkan banjir. "Infrastruktur irigasi dan drainase harus benar-benar dipersiapkan. Jika tidak, banjir tak dapat dihindari," tuturnya. (DEE/ABK/BEE/ETA) Post Date : 09 Januari 2009 |