|
SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya mengaku kesulitan mencari lokasi pembuangan sampah untuk waktu lima tahun mendatang. Pada 2014 mendatang, diperkirakan tempat pembuangan akhir sampah Benowo tak lagi mampu menampung sampah. Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Hidayat Syah, rata-rata 1.283 ton sampah dihasilkan dari Kota Surabaya per harinya. Kebanyakan sampah ini berasal dari sampah plastik yang sulit didaur ulang. "Itu berasal dari sampah rumah tangga," ujarnya kemarin. Volume sampah ini, kata Hidayat, cenderung menurun dibanding rata-rata sampah pada tahun sebelumnya yang mencapai 1.485 ton per hari. Namun, dengan teknologi pengolahan sampah yang masih konvensional, dikhawatirkan selama lima tahun mendatang TPA Benowo dengan luas 39 hektare itu tidak akan mampu menampung sampah kota. Selama ini, kata dia, pengolahan sampah di tempat itu mengandalkan sistem open dumping. Sampah yang dikumpulkan ditimbun dan diuruk dengan tanah. Selama beberapa waktu ditimbun, sampah ini akan berubah menjadi kompos yang bisa digunakan penyuburan tanah. Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah kelebihan daya tampung TPA, kata Hidayat, pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan investor swasta. Pengolahan sampah di TPA ditargetkan akan menggunakan cara dan teknologi yang lebih modern. "Bahkan, rencananya gas sampah bisa diubah menjadi tenaga listrik," katanya. Dia mengatakan, dalam Peraturan Daerah tentang Ruang Tata Kota dan Wilayah Surabaya, pemerintah telah menyediakan tempat pembuangan sampah alternatif di daerah Gunungsari. Cara ini dianggap tidak sejalan dengan Undang-Undang Pengolahan Sampah Nomor 18 Tahun 2000 yang menyarankan sampah dikelola dengan teknologi dan cara memadai. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar meminta masyarakat berhenti menggunakan bahan plastik. Sampah jenis lebih sulit didaur ulang dibanding jenis sampah lain. "Butuh bertahun-tahun agar sampah plastik bisa hancur," kata dia. ANANG ZAKARIA Post Date : 26 Februari 2009 |