Suplai Terhenti, Warga Protes Palyja

Sumber:Kompas - 25 Oktober 2011
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Puluhan warga dari Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, mendatangi kantor PT PAM Lyonnaise Jaya di Jelambar, Senin (24/10). Mereka mengeluhkan air leding yang sudah sejak awal Oktober ini tidak mengalir ke rumah.
 
Menurut Rudi, koordinator warga, air leding tidak mengalir di tiga RT di RW 06, yaitu RT 001, RW 002, dan RT 004. ”Kalau menurut Palyja, debit air ke tempat kami kecil. Namun, di RT lain kok bisa lancar, padahal letaknya tak jauh dari kami,” ujarnya.
 
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa membeli air secara eceran. Di keluarga Rudi yang jumlah anggotanya banyak, diperlukan hingga tiga gerobak air per hari untuk minum, mencuci, dan memasak. Harga per gerobak bisa mencapai Rp 40.000.
 
Warga di sekitar Kelurahan Pegadungan itu bergantung pada air leding karena air tanah tidak layak untuk dikonsumsi. Air di tempat tersebut sudah berasa payau akibat intrusi air laut. ”Kalau rasanya tidak asin begitu, kami tentu tidak perlu berlangganan PAM,” kata Rudi.
 
Setelah bertemu dengan pihak Palyja, solusi sementara yang diberikan adalah pengiriman mobil tangki ke tiga RT yang tidak mendapatkan pasokan air. Rudi menilai solusi itu justru merepotkan karena mereka harus bolak-balik mengambil air dari mobil tangki ke rumah.
 
”Jumlahnya pun kemungkinan tidak akan mencukupi. Yang kami inginkan hanya air PAM segera mengalir lagi,” ujar Rudi.
 
Rudi mengaku, warga telah beberapa kali mengadukan terhentinya pasokan air dari Palyja tersebut, tetapi belum ada tindakan yang dilakukan.
 
Dihubungi secara terpisah, Corporate Communication Head PT Palyja Meyritha Maryanie mengatakan, suplai air memang mengalami penurunan sehingga banyak pelanggan yang terganggu pasokan airnya.
 
”Air untuk wilayah sekitar Kalideres disuplai dari Cikokol, Tangerang. Selama ini suplai air dari sana sebanyak 90-95 liter per detik, tetapi sudah dua bulan terakhir suplainya menurun hingga 80 liter per detik,” tuturnya.
 
Truk tangki
 
Penurunan hingga 15 liter per detik itu sangat signifikan sehingga menyebabkan debit air ke pelanggan kecil. Setidaknya ada 1.500-2.000 pelanggan Palyja yang terkena dampak penurunan suplai air tersebut, terutama untuk sebagian wilayah Jakarta Barat, seperti Cengkareng dan Kalideres, serta Jakarta Utara, seperti di Muara Angke.
 
Untuk sementara, Palyja akan tetap mengirimkan mobil tangki ke tiga RT di Kalideres itu. Diakui, sulit untuk menjangkau semua pelanggan tersebut dengan mobil tangki. Warga juga menolak karena mereka kerepotan, apalagi jika tidak memiliki tempat penampungan air.
 
”Kami masih menghitung jumlah truk tangki yang harus dikirimkan ke tiga RT itu per hari. Kami hanya memiliki 20 truk tangki. Ada 50 kios air yang harus disuplai secara reguler juga,” ujar Meyritha.
 
Mengenai kapan suplai air bisa kembali normal, Meyritha menyatakan belum bisa memastikan. PT Palyja terus melakukan pendekatan terhadap pihak penyuplai air di Tangerang agar bisa segera menambah suplai air, tetapi belum mendapat jawaban yang pasti. Selain debit di sumber air turun, lanjut Meyritha, jumlah pelanggan di Tangerang pun meningkat sehingga perlu suplai air lebih banyak.
 
Penurunan debit air terjadi di Kalimalang ataupun di Waduk Jatiluhur karena musim kemarau. Titik kritis air di Waduk Jatiluhur adalah 87 meter di atas permukaan laut, sementara dua hari lalu permukaan air di waduk tersebut sudah mencapai 88 meter di atas permukaan laut.
 
Sebelumnya, sekitar 40.000 pelanggan Palyja juga tidak mendapatkan pasokan air atau menerima air dengan debit lebih kecil karena pecahnya pipa di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pipa berdiameter 500 milimeter itu pecah sepanjang 1,5 meter.
 
Belum diketahui penyebab pecahnya pipa, tetapi perbaikan telah dilakukan. Menurut Meyritha, pasokan air yang sempat terganggu akibat pipa pecah telah kembali lancar. (FRO)


Post Date : 25 Oktober 2011