Jakarta, kompas - Warga di sejumlah daerah di Jakarta Utara terpaksa menadah air hujan dan menyedot air sumur karena pasokan air bersih terganggu selama sepekan terakhir. PT Aetra, operator air bersih di wilayah itu, menjanjikan pasokan segera normal.
Keluhan datang dari sejumlah wilayah di Jakarta Utara yang menjadi daerah layanan PT Aetra, antara lain diungkapkan warga di RW 10 Kelurahan Sukapura, Kecamatan Cilincing; RW 03 Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading; dan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja. Keluhan silih berganti sejak pekan lalu hingga Rabu (16/1).
Sri Hartati (45), warga RW 10 Sukapura, mengatakan, air tak mengalir sejak Kamis pekan lalu. Air kadang mengalir pada malam hari, tetapi tidak banyak sehingga harus berjam-jam untuk memenuhi ember berkapasitas 10 liter. Namun, pasokan relatif normal pada Selasa pekan ini.
”Warga sempat menadah air hujan dari pipa-pipa atap rumah untuk mencuci atau mandi. Sebagian antre di sumur warga demi mendapatkan air seember. Meski berwarna kekuningan dan agak asin, tetap diambil karena tak ada air bersih,” kata Sri Hartati.
Ketua RT 02 RW 10 Sukapura, Masrukhi (44), menambahkan, sejak pasokan air mati pekan lalu, perwakilan warga telah mengadu ke PT Aetra sebagai operator air bersih di wilayah itu.
Manajer Komunikasi PT Aetra Rika Anjulika mengatakan, produksi air bersih sempat terganggu akibat pasokan berkurang pada Selasa dan Rabu pekan lalu. Pengurangan relatif kecil, yakni 4,9 persen dari sekitar 4.900 liter per detik, tetapi berdampak pada sebagian konsumen.
”Pasokan sebenarnya telah normal sejak Kamis. Sempat terganggu karena pengurangan pasokan air baku, tetapi hanya dua hari dan sejak itu seharusnya normal lagi,” ujarnya.
Air baku
Dua operator pelayanan air bersih, yaitu PT Aetra Air Jakarta dan PT PAM Lyonnaise Jaya, Rabu, mengumumkan terganggunya pasokan air baku kepada pelanggan.
Dalam siaran pers yang diterima Redaksi Kompas, Corporate Secretary PT Aetra Air Jakarta Priyatno B Hernowo menyebutkan, pasokan air baku yang diterima dari Perum Jasa Tirta II selaku pengelola Waduk Jatiluhur menurun sekitar 79,27 persen sebagai dampak pengalihan aliran air di pintu air Bekasi yang membanjiri warga.
”Pada 15 Januari mulai pukul 20.00, Aetra mulai menerima penurunan pasokan air baku hingga 79,27 persen dari pasokan normal 5.200 liter per detik,” kata Priyatno.
Kemarin, pasokan air baku mulai meningkat 46 persen, tetapi produksi Aetra belum sampai kapasitas normal. Hingga kemarin, warga di 55 kelurahan dari 114 kelurahan yang dilayani Aetra sudah menerima aliran air.
Aetra menyediakan mobil tangki untuk sarana umum, seperti rumah sakit dan posko pengungsian korban banjir. Warga yang memerlukan mobil tangki bisa berkoordinasi dengan RT, RW, atau kelurahan setempat.
Sementara itu, siaran pers dari PT Palyja menyebutkan, pasokan air baku dari Kanal Tarum Barat menurun tajam menjadi 2.400 liter per detik atau hanya 42,8 persen dari kondisi normal 5.600 liter per detik.
Corporate Communication and Social Responsibilities Head PT Palyja Meyritha Maryanie menyebutkan, defisit air baku menyebabkan suplai air berkurang atau terhenti di beberapa wilayah pelayanan Palyja. (MKN/FRO/MDN)
Post Date : 17 Januari 2013
|