|
LHOKSEUMAWE - Ribuan pelanggan PDAM Tirta Mon Pase di Kota Lhokseumawe sekitarnya mengeluh, karena sejak lima hari lalu suplai air PDAM tidak lancar. Namun, masyarakat tidak tahu persis apa kendalanya, kata Muhammad Amin warga Kota Lhokseumawe yang mengaku harus membeli air dengan dari gerobak. Dirut PDAM Tirta Mon Pase, Azhari Ali yang dihubungi Serambi kemarin membenarkan, tersendatnya pendistribusian air ke rumah penduduk dalam Kota Lhokseumawe sepekan lalu. Peristiwa itu terjadi karena terbakarnya breaker PLN WTP Krueng Pase dan boster PDAM Bukit Rata. Namun, menanggulangi kebutuhan air ke rumah-rumah penduduk di Kota Lhokseumawe, telah diupayakan semaksimal mungkin, walaupun tidak mencapai target kebutuhan warga. Selama kerusakan itu terjadi, PDAM menggunakan power pengganti arus PLN, tapi menjadi kendala juga akibat krisis BBM. Misalnya pengadaan BBM sebelumnya dapat dibawa dengan drum, tapi selama ini tak bisa lagi dan harus beli jatah tertentu dibagi rata, padahal untuk genset yang digunakan sekarang membutuhkan BBM 350 liter per hari, ujar Azhari didampingi Hanafiah Kabag Produksi air. Menurut Azhari, untuk memperbaiki kerusakan breaker yang terbakar itu, PDAM harus menambah daya dari 3 X 100 A menjadi 3 X 112 A, kalau diperkirakan dananya mencapai Rp 8 juta. Biaya tersebut telah dilunasi dan kini petugas teknis dari PLN sedang melakukan perbaikan di boster Bukit rata. Sementara untuk memperbaiki breaker di WTP Krueng Pase, tambah Azhari, pengadaannya alatnya harus ke Medan. Bahkan sekarang sedang dalam upaya pemesanan. Akibat terbakarnya alat itu memang sangat berpengaruh pada kuantitas produksi mencapai 30 persen, kata Azhari. (ib) Post Date : 20 September 2005 |