|
BANDUNG, (PR). Kurangnya curah hujan yang turun di Bandung dan sekitarnya mengakibatkan beberapa daerah mengalami kesulitan air bersih. Pasalnya, penyaluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung terpaksa menggunakan sistem waktu bergilir untuk menjaga pasokan tetap ada. Menurut Direktur Air Bersih PDAM Kota Bandung, Tardan Setiawan, penggiliran air dilakukan karena kapasitas air terbatas. Bukan karena produksi berkurang, tapi jumlah pemakaian pada musim kemarau meningkat, katanya saat ditemui di lokasi penampungan korban kebakaran di SD Cihampelas, Jln. Cihampelas, Senin (10/7). Disebutkan, debit air baku PDAM tidak berubah. Per detik, PDAM Kota Bandung memproduksi air 2.400 liter. Kapasitas produksi dengan perkembangan jumlah penduduk tidak berimbang. Dari 1992, produksi air tetap sedangkan jumlah penduduk terus bertambah, katanya. Berdasarkan data PDAM Kota Bandung, sedikitnya 40% dari produksi per hari, hilang di jalan. Kehilangan sejumlah air tersebut, diantaranya disebabkan pencurian secara teknis, bocornya pipa, dan kesalahan administrasi atau pencatatan. Yang paling banyak, disebabkan karena pencurian secara teknis, ujar Tardan. Penjualan meningkat Ketika di satu wilayah diberlakukan penggiliran waktu penyaluran untuk menjaga stok, di sisi lain, omzet penjualan air bersih di beberapa tempat mengalami peningkatan. Salah satunya di kawasan Cibeureum, Kel. Campaka, Kec. Andir. Menurut salah seorang staf di Kel. Campaka, Yaya, daerah yang paling parah mengalami kekeringan adalah sekitar Kp. Bojong Koneng. Hal serupa terjadi di Kec. Margacinta. Seorang warga, Yogi, mengatakan, kini ia lebih banyak membeli air minum isi ulang. Air di sumur makin dikit, ujarnya. Seorang penjual air minum isi ulang, Ayi, mengaku penjualannya kini meningkat. Dari biasanya 20 galon, sekarang bisa sampai 40 galon/hari. Musim kemarau juga disyukuri para penjaja air keliling. Seorang penjaja, Rizal, mengatakan, omzet penjualannya meningkat sejak sebulan terakhir. Pria yang sehari-hari menjajakan air di sekitar Margacinta itu mengatakan, biasanya ia menjual 60 jeriken air berukuran 20 liter setiap hari. Sekarang, bisa kejual 80 jeriken tiap hari,katanya. Demikian juga Euis, penjual air minum di Kp. Babakan Hantap, Kel. Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong. Permintaan air meningkat dari 250 menjadi 350 jeriken per harinya. Tapi, akhir-akhir ini, tidak seperti bisanya, air PDAM ngocorna diwaktu, ujarnya.(A-156/A-158) Post Date : 11 Juli 2006 |