|
KLATEN-Suplai air bersih ke tiga desa di kawasan puncak Gunung Merapi masing-masing Desa Sidorejo, Balerante dan Panggang, Kecamatan Kemalang putus. Putusnya suplai disebabkan jaringan pipa dari Umbul Bebeng di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta ke arah Klaten hancur terhantam material vulkanik yang muntah saat letusan. ”Suplai air sudah macet setelah letusan sehingga tidak ada lagi air di rumah,” ungkap Kades Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Suroso, Kamis (28/10). Dikatakannya, akibat letusan Gunung Merapi dua hari lalu, jaringan pipa hancur. Baik jaringan yang ke arah Kecamatan Kemalang atau jaringan induk di Sleman. Dengan luluhnya jaringan air bersih tersebut, ribuan jiwa yang saat ini tengah mengungsi tidak memiliki pasokan air bersih di rumah. Kondisi itu akan sangat merepotkan karena saat warga pulang sebentar ke rumah untuk membersihkan atau memberi pakan ternak tidak ada air. Akan lebih merepotkan lagi jika status sudah diturunkan dan warga kembali ke rumah masing-masing. Apabila warga kembali dari barak pengungsian dan tidak ada air bersih, krisis air akan terjadi. Di Desa Sidorejo saja ada sekitar 1.000 orang dari 300 kepala keluarga yang selama ini mengandalkan pasokan dari jaringan Bebeng. Jika suplai terus macet dan tak ada bantuan warga akan kebingungan. Pasalnya, saat ini sebagian bak penampungan air milik warga terkotori oleh debu vulkanik Merapi. Dalam jangka panjang jika warga sudah kembali tetapi tidak ada air, lebih repot lagi karena untuk membeli air bersih sudah tidak mungkin sanggup. Sekdes Balerante, Kecamatan Kemalang, Basuki menjelaskan di desanya ada 523 KK yang memanfaatkan suplai dari kabupaten tetangga tersebut. ”Sekarang warga masih di barak pengungsi dan belum merasakan sekali akibatnya,” ungkapnya. Namun nantinya setelah warga pulang ke rumah masing-masing dampak suplai air yang macet bakal menjadi persoalan besar. Pasalnya, suplai dari Bebeng merupakan satu-satunya sumber bagi warga. Jika macet total dan tidak ada tindakan, ribuan jiwa akan kesulitan air bersih ke depannya. Dia berharap Pemkab segera tanggap meski masih sibuk mengurus di barak pengungsian. Apalagi abu vulkanik yang masuk ke bak penampungan membuat air kotor dan susah dihilangkan. Bangun WC Marto warga Dusun Petung, Desa Sidorejo mengakui abu vulkanik membuat sebagian bak penampungan warga kotor. Bagi warga yang tak menutup bak penampungan airnya, air sangat keruh dan tidak bisa dipakai. Tidak hanya warga, hewan ternak pun mulai enggan minum dengan air yang terkena abu. ”Yang ditutup saja airnya sudah tidak enak diminum,” jelasnya. Pantauan Suara Merdeka di tiga desa, warga yang pulang masih bisa beraktivitas seperti biasa. Warga yang pulang setelah mencari pakan ternak ada yang membersihkan rumah. Ada yang mencuci baju dan memberikan minum ternak. Mayoritas warga menggunakan air tandon sebab suplai macet. Di barak pengungsian, suplai air masih cukup sebab ada bak penampungan dari Pemkab. Pengungsi sampai kemarin tidak kesulitan MCK, sebab masih ada suplai cukup. Bahkan Dinas Kimtaru, Jateng mulai membangun 20 WC knockdown di tiga barak untuk keperluan MCK. Staf Dinas Kimtaru, Subagyo mengatakan WC tersebut untuk mencukupi keperluan pengungsi. Modal WC tersebut tidak merepotkan sebab bisa dibongkar pasang sehingga tidak menyulitkan saat selesai digunakan. Soal air bersih warga Direktur PDAM, Ambar Muryati SE mengatakan persoalan itu akan dicek. Sebab pascaletusan jajarannya terus mengecek jaringan di wilayah Kemalang. ”Warga bisa menggunakan warung air dan di pengungsian sementara ada masing-masing empat bak,” katanya. (H34-76) Post Date : 29 Oktober 2010 |