Sungsang, Kompas - Warga lima desa di Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, hingga kini krisis air bersih dan listrik. Sungsang adalah pulau kecil di muara Sungai Musi.
Sabtu (65), Ketua RT 08 Lingkungan 49, Desa Sungsang III, Minggu (14/3), mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga memilih menampung air hujan saat musim hujan. Air yang tertampung dimanfaatkan untuk air masak dan mencuci. Sementara untuk mandi, warga memanfaatkan air sungai.
Camat Banyuasin II Roni Utama dan Kepala Desa Sungsang IV Husni Nisam membenarkan masalah krisis air bersih warga mereka. Bahkan, akibat sulitnya air bersih, setiap kali ada warga yang meninggal, pihak keluarga selalu kesulitan memandikan jenazah.
”Kami yang masih hidup gampang untuk mandi, tinggal ke sungai. Untuk memandikan jenazah kan perlu air bersih,” kata Husni.
Berdasarkan penelusuran tim Jelajah Musi 2010 harian Kompas yang mengakhiri ekspedisi selama tujuh hari di Sungsang, Minggu, di lima desa berpenduduk lebih dari 20.000 jiwa itu sebenarnya Pemerintah Provinsi Sumsel sudah membangun instalasi air bersih. Instalasi itu untuk mengolah air sungai menjadi air bersih siap pakai.
Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Banyuasin II Sofyan Permana mengatakan, instalasi tersebut dibangun lima tahun lalu. Namun, bangunan instalasi tersebut tidak bisa dioperasikan menyusul minimnya ketersediaan listrik di Sungsang.
Alat di instalasi pengolah air tersebut membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk bisa beroperasi. Untuk mengatasi kebutuhan listrik, beberapa warga terpaksa membeli genset agar bisa mendapatkan pasokan listrik, khususnya pada siang hari.
Malam hari
”Listrik di daerah kami hanya mengalir pada malam hari selama 12 jam setiap hari. Keterbatasan pasokan listrik inilah yang menyebabkan instalasi pengolah air tidak bisa beroperasi. Sebenarnya bisa menggunakan pembangkit dari solar, tetapi biayanya mahal,” katanya.
Selain instalasi pengolah air yang tidak bisa digunakan, di Sungsang juga ada beberapa proyek Pemprov Sumsel yang sama sekali tidak berfungsi, antara lain pabrik es, tempat pelelangan ikan, dan Pelabuhan Perikanan Sungsang.
Pabrik es yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan es batangan bagi nelayan Sungsang sampai saat ini tidak memproduksi apa pun. Nelayan Sungsang tetap harus membeli es batangan dari pedagang es. Biasanya nelayan membeli es batangan dari Palembang lalu dibawa ke Sungsang untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan.
Tempat pelelangan ikan dan Pelabuhan Perikanan Sungsang yang dibangun Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Selatan juga terbengkalai.
Menurut Eman Waludi, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Sungsang IV, proyek yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu dibangun tahun 2004.
Mamat, nelayan setempat, menyebutkan, keterbatasan listrik menyebabkan pabrik es yang berlokasi di samping tempat pelelangan tidak bisa berproduksi.
”Jika tidak ada es, pengelola tempat pelelangan tidak bisa mengawetkan ikan-ikan sehingga ikan akan cepat busuk. Selain itu, ketiadaan listrik juga membuat aktivitas di areal perkantoran tidak berjalan,” katanya. (hln/oni/mzw/wad/jan/mul)
Post Date : 15 Maret 2010
|