|
MADIUN - Kondisi sungai di Kabupaten Madiun tampaknya menjadi salah satu penyebab banjir di wilayah ini. Warga yang tinggal di pinggiran sungai mengeluhkan kondisi badan sungai yang tergerus. Seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Wungu, tepatnya di Desa Bantengan dan Mojopurno Kecamatan Wungu. Setiap musim penghujan tiba, warga di dua desa tersebut, terutama yang bermukim di pinggir sungai, waswas akan terjadi banjir. "Setiap tahun hampir dipastikan banjir terjadi karena aliran sungai meluap," ujar Imam Sudjono, warga Dusun Kedungjangan Desa Bantengan, Wungu, kemarin. Yang mengkhawatirkan, aliran air yang cukup deras mengakibatkan erosi yang cukup parah. Bahkan hampir memakan badan jalan yang menghubungkan Desa Bantengan dan Desa Karangrejo. Tidak hanya itu, akibat sering dilanda banjir, jalan desa sepanjang 1 kilometer yang dibangun secara swadaya itu sebagian rusak berat. "Kalau dibiarkan terus tergerus, jalan bisa putus," katanya. Menurut warga, kerusakan di aliran sungai Kedungjangan tersebut sudah pernah dilaporkan dan diusulkan ke pemkab untuk mendapat bantuan perbaikan. Tetapi hingga tahun berselang bantuan tidak kunjung terealisasi. "Warga terpaksa membuat penahan sendiri seadanya. Itu pun tidak bertahan lama karena tidak kuat menahan terjangan air," ujar Mustofa, warga lainnya. Hal serupa terjadi di Desa Mojopurno yang berbatasan dengan wilayah Kota Madiun. Warga mengaku waswas dengan kondisi sungai yang mengalir berdekatan dengan rumah warga. Saat ini erosi di anak sungai Kali Piring itu sudah mendekati pemukiman warga. Bahkan, tempat pemakaman umum (TPU) Desa Mojopurno yang berdekatan dengan sungai sebagian sudah tergerus. Kondisi paling rawan terlihat di pemukiman warga RT 6/I Desa Mojopurno. Agar lebih dekat menjangkau wilayah kota, warga setempat membuat jembatan permanen dengan konstruksi sangat sederhana. Jembatan tersebut setiap hari menjadi jalur alternatif yang sering dilewati kendaraan. Akibat erosi, badan sungai di kanan kiri jembatan saat ini rusak berat. "Kalau tidak ditanggul, khawatir jembatan nanti ambruk," kata Jumadi warga yang tinggal di pinggir aliran sungai tersebut. Ironisnya, tanggul sungai yang berseberangan dan masuk wilayah Kota Madiun sudah dibuat plengsengan batu permanen untuk mencegah erosi. Sebaliknya, di sisi lain yang masuk wilayah Desa Mojopurno, erosi semakin parah. "Dulu sudah pernah disurvei, tapi sampai sekarang nggak ada perbaikan. Padahal, yang di wilayh kota sudah dibangun plengsengan tapi sebelah sini kok belum," keluh Suparno, Ketua RT 6/I. Menyikapi rusaknya beberapa tanggul sungai di wilayah Wungu, anggota Komisi D Subari mengungkapkan saat reses beberapa waktu lalu, warga sudah mengadukan kerusakan tersebut. Mereka menuntut agar dalam waktu dekat segera dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak bertambah parah. "Lewat Komisi D saya akan mengusulkan agar pada PAK nanti ada anggaran untuk perbaikan tanggul rusak di Wungu," katanya. Melihat kondisi kerusakan, lanjutnya, perlu segera dilakukan penanganan. Karena kerusakan tersebut nantinya juga mengancam fasilitas lainnya seperti jalan dan jembatan. Jika dibiarkan, kerugian yang dialami masyarakat semakin besar. "Untuk membangun jalan dan jembatan mereka sudah swadaya masak sekarang harus swadaya lagi. Giliran pemkab mengeluarkan anggaran untuk perbaikan. Kalau cuma membangun plengsengan sepanjang 50 meter nggak butuh anggaran besar," ujarnya. (yup) Post Date : 18 Mei 2007 |