Jakarta -- Air sungai sebagai bahan baku air minum warga Jakarta tercemar limbah pabrik. Karena itu, perusahaan air minum harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mengolah air agar layak dikonsumsi. "Kami menggunakan bahan kimia yang lebih banyak supaya produknya bisa bagus," kata Direktur Utama PT Aetra Air Syahril Japarin di Jakarta kemarin.
Syahril mengeluhkan banyaknya pabrik-pabrik yang ada di tepian Kali Malang yang ikut membuang limbah langsung ke sungai. "Kandungan amoniaknya meningkat enam kali lipat," katanya. Selama ini bahan baku air minum warga Jakarta itu dipasok dari Jatiluhur yang dialirkan melalui Kali Malang. "Di sekitar aliran itu, ada 23 perusahaan yang membuang limbah ke sungai," katanya.
Pabrik-pabrik ini kebanyakan berada di wilayah Bekasi. Berdasarkan pengamatan Tempo, selain pabrik, sepanjang aliran Kali Malang juga dipadati permukiman liar yang membuang limbahnya langsung ke aliran itu. Di beberapa tempat bahkan aliran itu dijadikan tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK). Warga juga masih membuang sampah sembarangan ke kali itu.
Sekretaris Perusahaan Aetra,Yosua Tobing, mengatakan, tingkat kebocoran atau kehilangan air masih tinggi. “(Kebocorannya) yakni 50,96 persen,” ujarnya. Angka ini sebetulnya telah turun dibanding sebelumnya. “Untuk tahun ini kami menargetkan kebocoran turun jadi 50,3 persen,” katanya.
Aetra adalah salah satu operator penyediaan air minum di Jakarta, selain PT Pam Lyonnaise Jaya. Total jumlah pelanggan Aetra hingga Agustus 2009 mencapai 381 ribu, yang meningkat signifikan dibanding tahun lalu, yang hanya 278 ribu. Menurut Yosua, tingkat kepuasan pelanggan juga mengalami peningkatan. "Pada 2006, indeks kepuasan pelanggan 44, pada 2009 indeks kepuasan itu mencapai 58," ujarnya.tito sianipar
Post Date : 01 Oktober 2009
|