Sungai Tercemar Bakteri "E-coli"

Sumber:Pikiran Rakyat - 13 Mei 2009
Kategori:Sanitasi

BEKASI, (PR).- Air sungai di Kota Bekasi telah tercemar bakteri E-coli penyebab penyakit diare sehingga tidak layak konsumsi secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, selama ini sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggir sungai masih memanfaatkan air sungai itu untuk kebutuhan mandi cuci dan buang air besar (MCK).

Ketika ditemui "PR", Selasa (12/5), Yana (35), warga Kampung Dua Ratus (lokasi di belakang kantor Wali Kota Bekasi) mengakui masih menggunakan air Kali Bekasi yang mengalir di dekat kampungnya untuk mencuci pakaian dan peralatan dapur bahkan terkadang mandi. Alasannya, air dari PDAM sering macet dan Yana tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan air sungai tersebut. Untuk air minum, dia terpaksa membeli air olahan.

Hal yang sama juga diakui Manan (56) yang tinggal di bantaran Sungai Kampung Pintu Air Bekasi Utara. Terkadang, dia memanfaatkan air hujan yang ditampungnya untuk kebutuhan memasak. "Sumur enggak ada, jadi manfaatkan yang ada saja. Buktinya enggak pernah sakit yang aneh-aneh. Kalau cuma gatal, itu penyakit biasa," ujarnya.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi, Dudy Setiabudi mengatakan sungai yang ada di Kota Bekasi telah tercemar bakteri E-coli. Diperkirakan, untuk Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat (Kali Malang) tingkat pencemaran ecoli antara 80.000 sampai 100.000 MPN/100 ml air.

"Padahal, ambang batas E-coli untuk bahan baku air bersih hanya 1.000 MPN/100 ml air," ujarnya. Oleh karena pencemaran yang sudah parah itu, air kali ini pun tidak bisa dikonsumsi secara langsung, kecuali diolah dulu.

Perilaku tak sehat

Menurut Dudy, perilaku tidak sehat masyarakat sekitar bantaran kali menjadi penyebab utama pencemaran bakteri E-coli di sejumlah kali tinggi. Ia tidak menampik kenyataan bahwa sungai di Kota Bekasi banyak digunakan untuk tempat pembuangan sampah. Tidak hanya itu, buang air besar di kali pun masih dilakukan oleh sejumlah masyarakat.

"Bahkan, kalaupun ada kakus di rumah, saluran pembuangan tinja masih dialirkan ke kali terdekat. Tidak heran jika kali tercemar tinja, sampah, dan berbagai logam," katanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di delapan belas titik sungai yang diambil untuk sampel, di antaranya di belakang Rumah Sakit Umum Kota Bekasi dan Bendungan Tarum Barat, didapatkan hasil bahwa selain tercemar E-coli, air kali juga tercemar logam. Sebagai contoh, kandungan total suspenden solid (TSS) di belakang Rumah Sakit Umum Kota Bekasi mencapai angka 425.

Padahal, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, ambang batas TSS maksimum 50. BOD mencapai angka 21.36 dari ambang batas 2, COD mencapai 97.00 dari ambang batas 10 dan bakteri E-coli mencapai 2.400 dari ambang batas 1.000.

Hal ini pula, kata Dudy, yang menyebabkan biaya operasional PDAM tinggi. Sebab, diperlukan lebih banyak bahan kimia milenium sulfat yang digunakan untuk menjernihkan air dari senyawa kimia. "Akibatnya, masih banyak warga yang memanfaatkan air sungai karena belum terlayani PDAM," katanya. (A-155)



Post Date : 13 Mei 2009