Sungai Semakin Kotor

Sumber:Kompas - 14 Agustus 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Palembang, Kompas - Kondisi sungai di Kota Palembang kian mengkhawatirkan. Memasuki musim kemarau, sejumlah sungai makin kotor oleh sampah sehingga air sungai yang dikonsumsi warga untuk keperluan sehari-hari bertambah keruh. Penanganan sampah di sungai-sungai hingga kini belum optimal.

Berdasarkan pemantauan Kompas di Sungai Aur dan anak Sungai Sekanak, Senin (13/8), sampah plastik, makanan, dan minuman teronggok di dasar sungai yang sudah semakin dangkal. Air sungai yang kotor dan berwarna kehitaman itu menggenang di antara onggokan lumpur dan sampah.

Menurut sejumlah warga, pembersihan dan pengangkutan sampah di sungai masih jarang dilakukan oleh petugas pemerintah, dan masyarakat. Ketua RT 28, Kelurahan 9-10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Sarwo Edi, mengatakan, Sungai Aur yang melintasi wilayahnya itu sangat jarang dibersihkan. Padahal, hampir 80 persen warga di RT itu mengandalkan air itu untuk mandi, mencuci piring dan pakaian.

Menurut Edi, perhatian pemerintah untuk pembersihan sampah di sungai masih minim. Sementara pihaknya kesulitan meminta warga membersihkan sungai karena keterbatasan dana.

"Pembersihan sungai membutuhkan dana operasional. Kami sulit meminta warga bergotong royong membersihkan sungai jika tidak ada dana operasional untuk alat, serta makan dan minum warga," kata Edi.

Hal senada dikemukakan Ketua RT 1 RW 01, Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 2, Mustar Abidin. Ia mengatakan, sulit mengandalkan warga untuk melakukan pembersihan, karena semua warga sibuk bekerja.

Tidak optimal

Kepala Subdinas Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Palembang Yahya Ilyas mengatakan, penanganan sampah hingga kini belum optimal karena sebagian bantaran sungai dipadati permukiman. Padatnya permukiman menyebabkan pihaknya kesulitan untuk memasukkan alat berat pengangkut sampah, seperti ekskavator, ke badan sungai.

"Hampir separuh dari 94 sungai di Palembang tidak bisa dimasuki alat berat. Penanganan hanya dapat dilakukan secara manual, dengan menggunakan cangkul atau alat sederhana. Akibatnya, pembersihan tidak bisa optimal," kata Yahya.

Sementara itu, sarana pembuangan sampah di sungai masih terbatas, sehingga pembuangan sampah ke sungai terus berlangsung. Dari 94 sungai yang ada di Palembang, hampir seluruhnya dikotori sampah dan limbah, sehingga terus mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Tahun ini, dinas pekerjaan umum menargetkan pembersihan pada empat aliran sungai, yaitu Sungai Rawa Jaya di Kecamatan Kalidoni, Sungai di Kecamatan Talang Kelapa, Sungai Sri Mulya di Kecamatan Sako, dan Sungai Bendung. "Masyarakat harus ikut menjaga sungai. Jangan hanya bisa mengotori sungai, tetapi pemerintah yang diminta membersihkan," kata Yahya.(lkt)



Post Date : 14 Agustus 2007