Sungai Poso Meluap

Sumber:Kompas - 19 Mei 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Palu, Kompas - Hingga Selasa (18/5), sekitar 500 rumah warga di lima kecamatan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, terendam air setinggi 1 meter menyusul meluapnya Sungai Poso dua hari sebelumnya. Kejadian itu dipicu oleh hujan deras selama beberapa hari terakhir.

Wakil Bupati Poso Muthalib Rimi yang dihubungi pada Selasa sore mengatakan, hingga petang sungai terus meluap dan area genangan semakin meluas. Ratusan warga mengungsi ke tenda-tenda pengungsian dan rumah kerabat mereka. ”Posko kesehatan sudah disiapkan dan bantuan bahan makanan sudah kami salurkan,” kata Muthalib Rimi.

Sungai Poso mulai meluap hari Minggu (16/5). Selain ratusan rumah, sedikitnya lima sekolah dasar, sebuah pesantren, dan sebuah panti asuhan terendam.

”Rumah-rumah di bantaran sungai hampir semua terendam setinggi 1 meter,” kata Rusli Suwandi, warga Kecamatan Poso Kota.

Asisten III Sekretariat Daerah Kabupaten Poso Sin Songgo yang mengunjungi lokasi mengkhawatirkan luapan sungai membesar.

Di Kabupaten Sigi, hujan menyebabkan sejumlah desa terendam banjir setinggi 0,5-1 meter. Sementara itu, hujan disertai angin kencang, Senin pukul 19.00 Wita, menyebabkan belasan rumah di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, rusak.

Di Kalimantan Timur, Jalan trans-Kalimantan di Desa Jemparing, Kecamatan Longkali, Kabupaten Pasir, putus karena badan jalan ambles. Akibatnya, arus barang dan kendaraan antara Kaltim dan Kalsel terganggu karena harus antre untuk melewati jalan darurat.

Selain putus, jalan sepanjang 224 kilometer itu juga rusak berat. Sedikitnya ada 30 titik jalan berlubang, bergelombang, aspal hancur, dan ambles.

Kepala Dinas Bina Marga Pengairan dan Tata Ruang Kabupaten Pasir Bachtiar Effendy yang dihubungi dari Samarinda, Selasa, mengatakan, jalan putus sebulan lalu karena diguyur hujan lebat sehingga ambles sepanjang 20 meter.

Transmigrasi di Kalsel

Puluhan keluarga transmigran di Unit Penempatan Transmigrasi Sungai Pinang, Kecamatan Tambang Ulang, Tanah Laut, Kalsel, terpaksa meninggalkan permukiman akibat sulit bertahan hidup. Sejak Oktober 2009 mereka tak bisa bercocok tanam karena lahan pertanian terendam banjir. Ketinggian air bervariasi, ada yang sedada orang dewasa.

Selain itu, sebagian lahan pertanian mereka berstatus sengketa dengan warga setempat.

Juru bicara warga transmigran, Sutaryono, yang dihubungi dari Banjarmasin, Selasa, menuturkan, saat ini tinggal sekitar 50 persen warga yang masih bertahan. Di antaranya 16 keluarga asal DI Yogyakarta dan 15 keluarga asal Jawa Timur serta sejumlah warga transmigran lokal.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalsel Kurdiansyah menyatakan sudah memberi arahan kepada kabupaten untuk menyelesaikan masalah.

Sementara itu, hujan yang mengguyur terus-menerus dengan curah cukup tinggi membuat sebagian tanaman di sentra- sentra produksi hortikultura, seperti Ciwidey dan Pangalengan di Kabupaten Bandung, serta Lembang di Kabupaten Bandung Barat, rusak dan gagal panen.

Akibatnya, harga berbagai jenis sayuran di sejumlah pasar tradisional Kota Bandung sepekan terakhir melonjak. (REN/BRO/WER/GRE)



Post Date : 19 Mei 2010