Cirebon, Kompas - Lebih dari 1.000 rumah di enam desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir setinggi 30-50 sentimeter karena luapan Sungai Ciberes, Jumat (5/3) dini hari. Banjir itu merupakan yang terparah di daerah tersebut dalam lima tahun terakhir ini.
Enam desa yang terendam banjir itu adalah Mekarsari, Ciuyah, Ambid, dan Gunung Sari di Kecamatan Waled serta Desa Kalimaro dan Gebang Kulon di Kecamatan Gebang.
Banjir kiriman itu, menurut warga, datang sejak Kamis pukul 20.00. ”Cuaca cerah sejak dua hari terakhir, tetapi kok tiba-tiba datang air dan dengan cepat masuk ke rumah,” kata Masiroh, warga Blok Kulon, Mekarsari.
Banjir bahkan kian tinggi hingga mencapai 1 meter lebih di jalan-jalan kampung menjelang dini hari. Warga pun memilih mengungsi di blok lain yang bebas banjir.
Kusdiono, Camat Waled, mengatakan, warga di tepian sungai menjadi prioritas untuk diungsikan terlebih dulu sebab ketinggian air di tempat pengukuran sungai mencapai 150 sentimeter di atas ambang batas normal. ”Ini menjadi banjir terparah yang pernah kami alami,” katanya.
Namun, evakuasi besar-besaran belum dilakukan. Meski kebanjiran, warga pun masih memilih menunggui rumah mereka hingga air menyusut.
Menjelang pagi, air yang membanjiri empat desa di Waled sudah mulai menyusut, tetapi mengalir ke desa yang lebih jauh di kawasan hilir. Kiriman air kembali menggenangi sekitar 20 rumah di Desa Kalimaro dan Gebang Kulon, Kecamatan Gebang. Lalu lintas dari dan menuju desa itu sempat lumpuh karena sulit dilintasi mobil, apalagi sepeda motor.
Kepala Desa Kalimaro Sukra menyatakan, ”Air sungai tiba-tiba membanjiri jalan sekitar pukul 06.00 dan semakin siang malah semakin tinggi hingga 60 sentimeter di jalan, rumah-rumah terendam.”
Pada Jumat sore, air mulai surut kembali, tetapi warga desa memilih berjaga-jaga karena dikhawatirkan banjir kiriman datang kembali.
Banjir di Cirebon tidak lepas dari kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Kuningan, yang merupakan daerah hulu sejumlah sungai di Cirebon. Berdasarkan data Taman Nasional Gunung Ciremai, kondisi hutan di daerah hulu parah karena dari 15.000 hektar hutan, 4.000 hektar lebih di antaranya rusak. Kerusakan terjadi akibat terbakar dan berubah fungsi menjadi lahan sejak 10 tahun lalu.
Terhenti
Di Kota Malang, Jawa Timur, layanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum, Jumat, terhenti karena sejumlah instalasi pompa di tiga sumber utama rusak. Kerusakan terjadi karena rumah pompa di tiga sumber air tersebut terendam banjir.
Hujan deras di Malang pada Rabu malam menyebabkan Sungai Bango di sekitar Sumber Wendit meluap. Luapan air ditambah derasnya hujan merendam rumah pompa. (nit/dia)
Post Date : 06 Maret 2010
|