|
Jakarta, Kompas - Sebagian besar warga masih menjadikan bantaran dan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Kepala Dinas Ketentraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat (Tramtib Linmas) DKI Jakarta Haryanto Badjoeri di sela acara Program Kali Bersih Ciliwung di Jakarta, Minggu (19/3), menjelaskan, warga di sekitar bantaran sungai belum juga peduli untuk menjaga kebersihan dan kelancaran sungai. Wilayah Jakarta dialiri 13 sungai dan 40 persen daratan merupakan kawasan cekungan yang sangat rawan banjir. Warga harus terus dibina oleh berbagai instansi terkait seperti Tramtib, Dinas Kebersihan, dan Dinas PU, kata Badjoeri. Kegiatan ini bukan sekadar program tahunan, dan langkah yang lebih penting adalah pembinaan warga serta penegakan disiplin. Menurut Badjoeri, yang menjadi sasaran utama adalah menggugah kesadaran warga tentang arti pentingnya sungai sebagai sarana kehidupan mereka. Program Kali Bersih Ciliwung melibatkan puluhan relawan dengan menumpang 22 perahu karet yang menghiliri Ciliwung sekitar 3-4 jam dari bawah jembatan dekat Resimen Induk Kodam Jaya (Rindam Jaya) di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, hingga kawasan Kalibata di Jakarta Selatan. Dalam pemantauan, sepanjang tepian Sungai Ciliwung masih terlihat penumpukan sampah yang disengaja. Karena arus air sepanjang pagi mengalir deras, sampah hanyut ke kawasan hilir dan sering kali menyumbat pintu air seperti di Manggarai. Manager Emergency Response Care PT HM Sampoerna, Alpan Tanjung, menjelaskan, tingkat kesadaran warga tepian Sungai Ciliwung terhadap kelestarian lingkungan masih rendah. Kami sudah membersihkan jalur sungai sejak tiga-empat hari lalu. Kalau tidak, sampah lebih parah, kata Tanjung. Ia juga menyatakan, Sampoerna akan membina warga di sepanjang tepian sungai sehingga acara bersih kali tidak sekadar kegiatan seremonial. (ong) Post Date : 20 Maret 2006 |